Selasa, 17 April 2018

A gift from ALLAH SWT called hearing loss

Ga pernah mudah menerima kenyataan bahwa anak kebanggaanku ternyata dengan gangguan pendengaran. It never been easy.

Awalnya aku gemes karena Keenan belum mengeluarkan kata-kata. Tapi dia pernah ngomong "akit", "bapa", "bu"dll. Tapi masih terlalu sedikit. Maklum ibunya ambisius, jadi pengennya anaknya serba cepet aja. Suami sabar banget, tunggu aja.

Dari usia dua tahun, kami coba konsul ke dokter, tapi setiap mau konsul Keenan sakit, entah batuk, pilek, demam, sakit mata dll. Kan kezzel... ternyata memang rahasia Allah swt. Beliau ingin memberitahu diaaat yang tepat.

Persis diusia tiga tahun satu bulan bapaknya (karena ibu lagi kerja) bisa periksakan Keenan ke dokter. Baru tau kalau ternyata BPJS cover konsultasi dokter spesialis (norak memang). Dari klinik pratama rujuk ke rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman. Dokter disana tersenyum melihat kondisi fisik Keenan, dia tuliskan sub diagnosa, suspect waardenburg syndrome. Dapet kabar begitu di kantor bikin hati sangat kacau (ya kaya balon ijo). Nangis sendiri di cube gara-gara searching waardenburg syndrome dan hasilnya mengejutkan. Kemungkinan Keenan dengan gangguan pendengaran.

Sampai akhirnya, the moment of truth tiba. Saat itu lagi hamil 7 bulan, Keenan diminta mengikuti tes bera. Dikasi obat tidur dan akhirnya setelah perjuangan panjang bisa bobo di kasur ijo itu. Aku sedih saat kliat kabel-kabel itu dipasang. Ga pernah aku sangka anak aku akan ada disitu. Bayi kecil aku, pulas sekali. Ganteng bangeet!

Satu-satu bunyi dengan berbagai frekuensi dihantarkan ke Keenan, dia tidak bergeming. Ya ALLAH... bahkan suara petirpun dia tidak respon. Anak aku kenapa.... aku lirik suamiku, dia malah main game. Marah besar rasanya, tapi ternyata itu cara dia mengalihkan rasa sedihnya. Aku lihat wajah itu, dia pulas sekali. Sampai akhirnya dia terbangub karena terganggu dengan suara berikutnya. Dia menangis, aku orang pertama yang dia lihat. Aku peluk dia, seluruh tenaga aku keluarkan untuk menahan airmata aku. Hasilnya keluar telinga kanan 85 db dan kiri 105db. Perjalanan kita baru dimulai nak.

Selasa, 10 April 2018

Being a working prego

Jogja- Yess, i got pregnant an yet working as well. Ternyata hamil itu ga mudah, padahal udah pernah. Kata orang yang kedua bakal mudah. Jangan percaya! Buktinya aku ga, heu heu.

Hamil kemarin bener-bener perjuangan, bolak-balik muntah, badan cepet capek dan lain lain. Kehamilan kedua aku sangat mengejutkan, gimana ga? Wong aku ga planning. Melihat garis dua di testpack aja aku nangis. Buka apa-apa, aku ngerasa Keenan masih kecil, perlu perhatian lebih lagi mana saat itu dia perlu banyak stimulasi untuk memperkaya kosakatanya. Belum lagi soal finansial dan embel-embel lain.

Nasib baik aku dapet temen-temen yang bantuin. Rejekinya dedek memang banyak, mulai dari dipindah ke team outbound call, jadi best agent sampe dapet kemudahan istirahat ekstra.

Aku merasa ibu bekerja sesungguhnya, pulang kerja capek lanjut main sama Mas keenan. Wooww aku juga heran tenaga dari mana aku bisa lewati masa-masa berat itu.

Allah Maha Baik, aku bisa lewati saat-saat itu. (Ning)

Welcome back for ME

Jogja - Lama banget ga nulis, aku sampai lupa rasanya. Aku mulai sibuk dengan kewajibanku, sampai aku lupa menjadi aku.

Alhamdulilah sekarang sudah jadi ibu dari dua anak sehat, cerdas, ganteng dan insyaallah sholeh. Sekembalinya aku dari pertapaan panjang, banyak cerita yang ingin aku bagi.

Beberapa jam yang lalu aku baru tahu kalau ternyata mau menulis blog itu bisa lewat aplikasi. Yes, saya setertinggal itu, rasanya pengen nampar pipi sendiri (mulaiiii drama).

Oke, mari mulai mengejar masa. Tahun 2017 kemarin benar-benar tahun pendewasaan diri (umur dah 34 masih kurang dewasa juga??? Hei! Dewasa got nothing to do with age ya). Mulai dari hamil lagi, desperado jadi ibu (more on that later ya), jadi ibu dua anak, konflik batin jadi anak hahha semua tumpek blek kata orang jawa. Bagaimanapun, perjalanan yang menarik terbentang luas sekarang. (Ning)

Senin, 29 Mei 2017

Blood is (should be)thicker than water

Jogja - Ketika sudah menikah, bisa dipastikan akan ada perubahan bagi setiap individu. Tiap-tiap pasangan akan terus berusaha untuk menyelaraskan atau bahkan meningkatkan kualitas diri dan hubungan mereka. Aku menilai itu adalah sangat wajar. Karena akupun begitu adanya.

Lalu bagaimana hubungan individu tersebut kepda keluargnya ?  Nah, ini beda-beda jawabnya. Bisa membaik atau justru menjauh. Lalu pihak keluarga yang paham akan menjauh, mereka akan memberi "ruang".

Aku masih belum bisa menjauh dengan keluargaku dan keluarga suami.we are a family couple. Sedih rasanya kalau tertinggal satu berita dari mereka. Family is sharing not shrinking.