Kamis, 14 Oktober 2010

Filosofi suguhan

Pama baya, Tenggarong - Hari ini entah apa yang di kepala, tiba-tiba teringat tulisan yang pernah aku baca beberapa tahun yang lalu.

Ini soal pria yang bertamu ke rumah perempuan yang akan dipinang...
Laki-laki ini datang ke rumah calon mertuanya, Bapak dari perempuan itu menerima dengan baik ketika dia mengutarakan niatnya. Lalu layaknya tuan rumah, dia disuguhi teh hangat.

Laki-laki renta itu terlihat tenang ketika tahu anak perempuannya dipinang sambil menatap lekat calon menantunya. Lalu raut wajahnya berubah seketika pria muda itu mengambil cangkir teh dan mengaduk gelas dan akhirnya meminum teh yang sudah didepannya. Suasana menjadi dingin dan calon mertua itu berkata.. " terimakasih atas niatan baik anda, tapi sepertinya Ananda kurang cocok untuk menjadi bagian dari keluarga kami saat ini"

Langkah penuh kecewa terasa benar dirasa oleh pria yang mendamba perempuan yang telah dia kunjungi tadi.

Tiga bulan berlalu, dan dia datang kembali. Nyaris tidak ada yang berubah, dia menggunakan baju yang sama supaya dikenali lebih mudah.

Kembali Ayah perempuan itu yang menerima niatan baiknya untuk melamar. Tak lama berselang teh datang lagi, perempuan itu menatap dengan penuh harap seakan bisa membaca apa yang terjadi selanjutnya. Teh hangat itu datang lagi dan dia dipersilahkan minum. Kali ini dia mengambil cangkir itu dan meminum tanpa menyentuh sendok yang ada disamping cangkir itu.

Si Ayah tersenyum dan berkata " Akhirnya kau melakukannya dengan benar anak muda, baiklah... Lamaranmu aku terima ".
Laki-laki muda itu tersenyum dan berkata " Rupanya bapak  mengenali saya, terimakasih ".

Adakah ini adat atau filosofi dari mengaduk minuman? Hal kecil yang sering terlupa, sering kali saat minuman disuguhkan, gulanya turun ke bagian bawah gelas, lalu kita mengaduknya. Ini diasumsikan orangtua si perempuan, jika si pelamar hanya  ingin merasakan hal yang baik atau manis saja.. Padahal di dalam kehidupan itu pasti ada rasa getir seperti halnya teh. Tapi bukan berarti rasa manis itu tiada.. Bahagia itu pasti ada dan harus ditunggu walau ada di saat yang paling akhir. (nink)