Minggu, 14 Oktober 2012

No Bulliying, start now !

Samarinda - Social media benar-benar jadi hits dalam beberapa tahun belakangan. Gimana ga? Kan gampang. Tinggal klik dan posting aja. Kemudahan ini membuat kita lebih mudah diakses oleh orang lain. Hanya saja, kemudahan ini membutakan diri dari efek yang (mungkin) timbul dari tindakan yang dilakukan. Terlepas apakah itu teman, musuh atau bahkan orang baru kita kenal beberapa saat yang lalu.

Kalau di Amerika gerakan anti bulliying either in cyber or real life udah bener2 dijalankan. Kalau di Indonesia? Wah saya belum tau benar efeknya, Seharusnya ada iklan layanan masyarakatnya di TV. contohnya :


dan
atau ini
atau


Bersiap dan bekerja

Bontang - Ya, kotanya sekarang sudah berganti. Buat yang mau bilang kutu loncat terserah, monggo kerso mawon.  Buat saya, semua sudah dipertimbangkan dan yang paling penting sudah diputuskan.
Pulang ke Bontang bukan berarti saya losser yang balik kandang karena takut bertempur di Samarinda. Justru saya pulang untuk menghadapi hal yang jauh lebih besar lagi yaitu PERNIKAHAN!

Saya pulang ke Bontang tanggal 3 Oktober 2012. Sengaja ini dipilih karena tanggal 1 & 2 saya masih  ingin di Samarinda. Pulang naik motor aja, perjalanan yang seharusnya 3 jam, malah molor jadi 6 jam. Maklum saya ini bukan Renegade yang bisa bawa motor dengan kecepatan tinggi. Walau perjalanan keluar kota, tapi saya bawa motor dengan kecepatan 40 km/Jam. Orang bilang dengan kecepatan seperti itu saya harusnya jalan ke pasar saja. wakakak 

Sepanjang jalan yang ada dikepala saya adalah apa yang sudah saya lakukan di Samarinda. Saya merasa malah kosong. Tidak ada yang bisa saya lakukan untuk kantor saya disana. Seumur hidup belum pernah saya merasa tidak berprestasi. Prinsip saya adalah saat masuk perusahaan, saya ga perlu jadi manager. Jadi keset juga ga papa, tapi ketika saya keluar perusahaan akan kocar kacir dan bingung. Hahahahha Buat  sebagian orang akan pikir saya ini jahat. All i can say is to be special, you need to bring it all in.

Saya belajar banyak di kantor itu, ternyata usia, status, jenjang pendidikan, ekonomi seseorang itu tidak ada urusan dengan kepribadian dan kemampuan berkomunikasi. Dulu juga belajar sih, hanya saja sekarang lebih terasa benar.  Ada orang yang gemar melempar ide atau keluhan tanpa solusi. Buat sebagian orang itu mungkin saja wajar, mengingat autority dan kapabilitas seseorang. Cuma buat saya, komplain tanpa solusi itu seperti... komplain tanpa solusi hehehe *muter2kan? Buat saya seperti perut begah, mau kentut tapi ga bisa. Lama banget saya mikir soal itu di jalan. Ngoceh sendiri aja sepanjang jalan sampai akhirnya... sebuah bis melesat kencang disebelah saya. Kaget.... saya langsung pasang sein kiri, pasang standar motor dan akhirnya ambil napas panjang. 

Lalu dalam bagian perjalanan saya yang kedua, saya berpikir tentang persiapan pernikahan saya. Mulai dari bagaimana cara saya berbicara dengan keluarga besar tentang rencana saya, pasangan dan kehidupan apa yang ingin saya jalani.  Kali ini berbeda, kalau dalam lamunan sebelumnya saya marah-marah dan memaki sepanjang jalan... sekarang sebaliknya, saya menangis dalam satu jam perjalanan penuh (tangis senang, sedih dan haru). Sampai akhirnya saya memutuskan untuk berhenti menagis karena kurang lebih dalam 30 menit lagi saya akan sampai di rumah. Saya tidak ingin mata saya bengkak ketika sampai di rumah. Enam jam perjalanan itu memang benar - benar membuka mata, bahwa hidup memang tidak ada yang sempurna, dan ada setiap sisi ketika berinteraksi..

Ini hari ke 10 saya di rumah dan tetap bahagia, karena saya bisa melakukan banyak hal, siaran, reporter, menggagas event sekaligus mengurus pernikahan dan dekat dengan keluarga. Mungkin belum bahagia benar, tapi saya lebih tenang :)