Kamis, 30 April 2009

Kadang

Kadang lelah, Kadang Jengah. Kisah ini selalu berulang. Adakah ini jawab dari semua tanya?

bahwa aku tidak pernah belajar membaca pertanda? Butuh berapa banyak fakta untuk menguak sebuah kisah?

Senin, 27 April 2009

Poor Manohara

Such beauty traps in a castle of anggerness. Something wrong with those eyes, kind of words that cannot reveal.

Orang bijak bilang " cinta bisa mengalahkan segalanya". Mungkin termasuk memisahkan anak dari ibunya.

Rabu, 22 April 2009

Dia datang…

Saatnya kah ini? Kenapa mesti sekarang? Kemana lusa?
Butuh lebih banyak cinta untuk maju dan melangkah lagi.
Keputusan memang terasa berat jika di komparasi dengan sisi humanis.

Tapi saat realita ambil alih, maka seribu alasan akan lenyap dalam satu denyut penggerak nyawa ini.

Dalam kulinari kasih yang berpadu dalam sendunya hari.
Bagaimana aku bisa menerimanya kembali?
Wujudnya nyata, tapi buktinya tiada.
Sampai kapan aku di cekoki dengan indahnya imaji bersama?

Apa jadinya jika yang nyata adalah luka?
Gundah bukan jawab, tangis bukan akibat.
Ratap bukan yang ingin ku terima.

Adakah toleransi bersedia bergeliat?

Berawal dari keputusan gundah

16/4/2009
Memutuskan pergi dari company yang lama adalah ironi. Disatu sisi bahagia mendapat kesempatan baru di tempat yang lain ( baca ; diperhitungkan) tapi di bagian relung yang tersisa adalah berpisah dengan keluarga ku selama 3 tahun terakhir ini. Bukan mudah unutk berdiri dan mengambil keputusan sendiri.

Meninggalkan mereka adlah keputusan terbaik untuk aku dan kehidupan mereka. Meninggalkan bukan berarti tak cinta. Paradigma cinta berjalan bersama harus di tepis dari sekarang. Cinta tak harus bersama.

Aku butuh ruang untuk diriku, sadar dengann sangat bahwa merka adlah keluarga. Tempat aku akan pulang suatu saat. Tapi bukan sebaai rekan kerja. Kecintaanku ke mereka telah membuatku kerdil. Itu juga imbas cinta mereka yang begitu besar.

24 Maret 2009 hari terakhir kerjaku. Konyolnya aku malah menangisi staples, buku, meja, mesih tik, lx-300 ku yang setia bahkan disketku tersayang. Mereka sudah menemaniku tiga tahun ini. Selamat tinggal alat kantorku… Terakhir siaran disana aku juga ga kasi indikasi siaran terakhirku. I just love my job.

Berjuang selama tiga tahun dan aku harus muncur dan mennjadi kutu loncat. Tapi itu keputusan bahwa bekerja bukan hanya untuk uang. Tapi juga meningkatkan kualitas hidup. Kualitas sebagai manusia yang aku belum miliki selama ini.

Harus diakui aku kalah, tapi aku ingin kalah sebagai pemenang sejati. Walau berat aku melangkah awalnya, tapi justru terasa ringan ketika sampai di rumah.

Mungkin ini adalah satu satunya keputusanku yang tidak bisa dinegosiasi oleh apapun. Di ganti dengan tawaran yang lainpun aku enggan. Selama training untuk Mps aku di bombardier kesempatan bekerja di tempat lain. Tapi toh tidak goyah. Yakinku ini adalah perpanjangan tangan ALLAH SWT yang membawa aku kesini.

Bukan sedikit keraguan yang aku alami kemarin tapi aku yakin kok ini yang terbaik untuk saat ini. Yang penting adalah bukti dari karya, bukan harapan kosong yang ditawarkan dunia.

Sampailah aku disini. Tempat aku bernaung yang baru. Mereka bilang aku akan mati disini. Tapi aku akan patahkan itu semua. Butuh kekuatan yang lebih besar dari ejekan untuk memebuat aku jatuh.

Tinggal kita lihat saja kuasa TUHAN dan setuhan kreatifitas yang kan terasah sepanjang datangnya hari itu tiba ( baca : kontrak berakhir).

Tahun ini adalah saatnya bersemedi, sekedar untu merenung langkah kedepan. Butuh lebih banyak cinta untuk maju. Cinta akan diri sendiri. The year of self centered. It is all about predicting future in my own steps.