Selasa, 30 Maret 2010

Adakah itu hobi dia?

Rumah, Bontang - Ini adalah pendalaman materi dari "take him out (of my way)". Aneh?? hey... Be nice to please, this is the journey to find my own Mr. Right. Agakny ini adalah masa aku mulai mencari dia. Hemm.... Seharusnya berjalan mudah, tapi selalu berputar kepada laki-laki yang sama. Yes... It makes me feel left behind.


The same old stories begins.... Entah ada apa di 11 Juni 2008. Ya, itu status dia. Yang aku tahu bukan aku disana. Atau, paling tidak aku tidak merasa melakukan apapun di tanggal itu. Ya Tuhan.. Banyaknya misteri yang harus aku pecahkan sendiri.

Aku masih belum paham kenapa hubungan ini hanya sebatas tanda tanya. Kondisiku adalah khawatir jika tidak lagi mampu bertahan. Tapi toh aku tidak pernah pergi. Awalnya muncul lewat instant mesenging, lalu sms beberapa kali dan berhenti dan lalu berulang. Seandainya aku simpan semua pesan-pesan itu. Tentu ini akan jadi bukti yang kuat. Namun, selalu saja aku hapus ketika aku mulai marah.

Kali ini aku benar-benar marah. Aku hapus semua nomor teleponnya, akun pribadinya dan bahkan jejaring sosialnya. Aku yakin, takdir yang akan membawa dia kembali. Entah bentuk keyakinan macam ini. Tapi Apa aku punya pilihan?

Aku benci kalau dia selalu berkata manis dan aku makin menyukainya. Tapi sampai kapan akan begitu? Tiap aku marah, selalu ada  masa dia mengatasi itu semua. Menjelaskan atau membiarkan masalah berlalu. Dan akhirnya diam adalah pilihan. Dari dia aku belajar lagi dengan caranya yang aneh untuk membiarkan semua berlalu. Tak pernah aku membandingkan dia dengan DPA. Walau selalu ada keinginan begitu. Dua hal ini berbeda. Menerima dan membandingkan.

Aku mohon hentikan permainan ini. Segeralah datang dengan konsep baru. Itu yang aku butuh. Bantu aku untuk akhiri semua kebingungan ini. Tapi bukan pergi dari aku.

Kamis, 25 Maret 2010

Perempuan low end justru hitech

Camp 2000, Pama Bontang - Kata ini aku ucapkan waktu berseloroh dengan seorang kawan, Lovi. Seingatku waktu itu kami sedang berkelakar tentang pasangan hidup kami kelak. Menariknya dia selalu beranggapan kalau aku akan menikah dengan orang yang sukunya B**** (disamarkan ya... takut SARA ni). Sementara aku sama sekali belum punya ide untuk membalas dia.

Dia bilang, " Hahahah.. kita lihat aja siapa yang akan nikah duluan ".
Lalu aku balas " Apa perlunya? Yang penting siapa pasangannya! Weeeekkk"
Laki-laki kriwil itu membalas " Yang aku tahu kamu akan niikah dengan laki-laki B****"
Perempuan manis pemilik blog ini menjawab, " Ya jangan sampe dong, Vi.."
" Biarin," Kata cowo aneh itu. Seakan tak mau berhenti mengejek.
Tiba-tiba terbersit di kepalaku " Dari pada kamu, nanti kalo nikah aku sumpahin bakal dapet perempuan low end"
Lalu tawa pecah diantara kami.

Malam ini aku berpikir, dimana letak lucunya? Perempuan dengan jenis itu apa cacatnya ya? Apa karena masih tradisional dan terlalu sederhana? Seingatku perempuan sekarang sudah jarang yang seperti itu. Bisa bayangkan akses internet sudah menggila. Informasi nyaris tanpa batas. Terlepas dari spesies apapun, rasanya sudah tiada yang begitu.

Aku juga sampai sekarang masih belum bisa mendefinisikan " perempuan low end". Awalnya sih yang dituju adalah perempuan yang hanya tahu sumur, dapur dan kasur. Hanya saja makin kesini kok justru makin ragu ya? Apa ini adalah padanan untuk mengatakan perempuan yang terlalu sederhana dan hanya ikut kata suami tanpa berpikir panjang? Hemmm... Kalaupun harus ditelaah, maka aku akan bilang.... Aku merindu perempuan jenis ini.

Aneh? Tidak juga. Hal ini menjadi unik karena aku sudah tidak pernah bertemu perempuan jenis ini. Aku selalu menganggap kalau semua di muka bumi ini sejatinya sama, sejajar dalam pola pikir dan tindakan seharusnya semua sama-sama dihargai. Mengalah nyaris tidak pernah ada dalam kamusku. Bertemu dengan perempuan jenis ini tentu akan menarik. Dimana hidupnya hanya berputar di suami dan keluarga saja. Mengorbankan diri dan hidup yang dia miliki atas nama pengabdian. Baguskan? Luar biasa malah! Memang maish ada yang begini? PASTI ADA! Hanya saja tidak lagi dibalut oleh kebaya atau daster. Tapi sudah bergeser dengan bolero, cardigan bahkan seragam.


Jadi sebenarnya menjadi low end juga ga masalah donk. Pada akhirnya semua bahagia, dan memang harus ada yang dikorbankan. Tidak semua kepentingan bisa menang.




 

Besok hari terakhir ;)

Camp 2000, Pama Bontang - Seandainya diasosiasikan dengan lagu dangdut maka aku akan pilih judul malam terakhir. Ya, karena besok adalah siaran terakhirku dan aku akan siaran untuk terkahir kalinya di MPs FM 106'9, the miners radio station (panjang bener). Akhirnya selesai juga kontrak itu. Satu tahun bisa aku lewati, alhamdulilah. Biasanya kalau mendekati hari-hari terakhir kerja bawaannya sedih. Tapi, kok aku biasa aja ya? Justru yang aku rasa ini semua adalah normal. Wajar dan masih masuk akal. Toh, memang ini yang aku inginkan.
 
Kalau ditanya apa aku berhasil atau tidak, wah maaf aku ga bisa jawab (lagian itu yang nilai orang lain). Yang aku tahu aku cukup menikmati apa yang terjadi disini. Semua cenderung menyenangkan dan buat aku ini menarik. Aku ga lagi heran dengan kehidupan orang tambang. Buat aku ini biasa saja, sama-sama bekerja.

Agaknya satu tahun memang waktu yang pendek. Nyatanya, sama sekali tidak terasa kalau perjalananku disini ya sudah waktunya selesai.Selamat tinggal camp 2000, biar aku menikmatimu malam ini....

Selasa, 23 Maret 2010

Selamat pagi... Semangat Pagi!!!!

Camp 2000, Pama Bontang - Yel - yel ini yang biasa aku temui dalam keseharian sejak masuk ke site ini. Pertama mendengarnya aku justru merasa seperti anggota MLM deh. Lebay, terkesan memaksa dan juga berasa berlebihan,tapi lama-lama malah biasa aja. Lalu dimana letak salahnya?

Seiring berjalan waktu aku justru melihat sebaliknya. Nyata benar, tampak semangat dalam binar mata mereka setelah mengucapkan dua kata itu " Semangat Pagi! ". Aku rasa efektifitasnya tidak perlu diragukan. Menariknya, ini menjadi ajaib ketika atasan yang bicara kepada bawahannya. Seakan dinding hirarki runtuh dan berganti dengan keakraban dan suasana yang hangat.

Walau begitu, layaknya  orang timur berperilaku, budaya enggan dan segan juga masih ada. hanya saja "paketannya" jauh lebih cair. Agaknya ini adalah awal dari sebuah era keterbukaan. Pada akhirnya, aku merasa ini adalah hal yang baik (sekarang).

Take him out (of my way)

Camp 2000, Pama Bontang - Malam ini aku  lakukan deklarasi atas bebasnya diri dari belenggu cinta berkepanjangan. HEBAT!!! Semoga bisa... Amin. Harus diakui, blog ini jarang bercerita tentang kisah cinta pemiliknya, aku pikir sekarang saatnya. And its fresh from the oven hot and spicy as well

I knew these guy for about two years, but itrs kinnda on and off thing between us. Sempat kerja bareng kurang lebih dua minggu di tahun 2008 untuk sebuah project. Berakhir dengan bertukar nomor telepon dan alamat surel. Nyaris ga ada yang istimewa deh antara aku dan dia. Setidaknya buatku, biasa saja ( mungkin karena waktu itu masih ada Mr. DPA ya?).

Setelah selesai proyek itu, seingatku kami masih kontak. Hanya intensitasnya yang sangat minim. Mungkin kalau orang bilang, sekedar saja. Entah bagaimana ceritanya, September 2009 dia datang lagi, muncul tanpa ada pertanda apapun. Dia menyapa di instant messengingku, tapi ada yang menarik kali itu. Laki-laki dari masa lalu itu bilang " Sekarang aku sudah kerja, kalau kamu ke kotaku, aku sudah bisa traktir kamu". Buatku ini konsep yang menarik. Karena butuh waktu lama dia untuk menghampiri, ternyata menunggu mendapat pekerjaan yang tetap.

Sejauh ini tidak ada masalah bukan? Hahahahaha Tapi kata siapa masalah berhenti? Entah apa yang dilakukan pria itu kepadaku. Yang aku tau, ya aku cukup bingung melihat gelagatnya. Sebentar ada kabar, selebih waktu menghilang tak nampak. Apa ini masih jadi konsep yang aku suka? Agaknya tidak.

Waktu terus berjalan, sampai satu saat aku  memutuskan datang ke kota tempat dia tinggal. Kebetulan aku juga punya sahabat yang tinggal disana. Hari pertama aku injakan kakiku disana, tidak juga ada kabar dari dia untuk menanyakan keberadaanku. Hingga malam hari aku putuskan ke bioskop bersama sahabat tercinta, Ika. Aku kirimi Mr. X pesan singkat yang menyatakan tempat aku berpijak. Dia menolak dibelikan tiket dan bilang " Aku akan kesana, kamu ga usah khawatir. Setelah kamu keluar dari bioskop, aku pasti ada diluar". Buat aku ini masih aman saja, wajar kalau dia tidak berminat bergabung. Anehnya tiga puluh menit sebelum filmnya selesai aku coba hubungi dia untuk konfirmasi tapi.. nomornya TIDAK AKTIF!. Aku tau ada yang tidak beres dari sini.Aku pilih pulang, cari makan dan tidur. Rencanaku memang hanya satu malam saja di kota itu. Pagi harinya aku putuskan pulang. Masih... tanpa permintaan maaf dari dia. Aku pikir sudahlah ini bukan yang aku mau.

Bukan aku rasanya kalau tidak naif.  Awal Maret 2010 dia hubungi aku lagi, Entah apa aku selalu menerima persahabatan yang dia tawarkan. Aku pikir semua berubah, saling kirim kabar via pesan singkat terjalin dengan sangat intensif. Beberapa kali aku coba telepon dia, he seems to be happy (but i wonder, how come he never call me.. what so ever). Kami bicara banyak seakan tidak pernah ada masalah sebelumnya. Bahkan berbagi mimpi dan masa depan. Semuanya seakan berjalan baik saja, nyaris sempurna.

Sampai akhirnya dua hari yang lalu, terbesit di kepala ini kalau kondisi on and off akan berulang. Aku kirim pesan singkat ke dia dan bilang "Sekarang  kok tiba-tiba aku berpikir. Kalau nanti kita sudah kerja masing-masing lagi, kok aku yakin kalau kita ngga akan sempat buat sms-an lagi". Ya... ini turning point buat aku bahwa yang terjadi dulu tidak boleh berulang lagi.

Alhasil, terbukti hari ini. Tidak ada kabar sama sekali. Biarlah, ini memang sudah garis yang ada. Tapi aku ambil langkah ektra cepat kali ini. Menghapus semua nomor telepon dan situs jejaring sosial dia, dengan harapan keinginan aku untuk menghubungi dia akan kandas.

Mungkin dia punya masalah yang harus diselesaikan, dan aku harus menunggu untuk kebenaran. Apapun itu, aku tidak seharusnya berada dalam labirin yang dia ciptakan. Kembalilah dengan konsep yang lebih matang, dan kelak kita pikirkan jalan terbaik kelak. Tapi untuk sekarang.... Make up your mind


All i know, a man have stood up in his words. Definately, he doesn't count.... ( to a guy with AY Initial)

Senin, 22 Maret 2010

Lupakan wawancara (ketika kesabaran dipertaruhkan) Part I

Camp 2000, Pama Indo Bontang - Kejadian ini sudah lama terjadi sih. Tapi buat aku ini menggelitik. Kesombonganku benar-benar diuji. Hasilnya sudah jelas, aku memang sombong hahhahaha.


Aku rasa waktu itu Minggu kedua di November 2009. Pagi itu, dilayar hpku muncul nomor berkodekan Jakarta. Senang rasanya hatiku, karena aku memang punya banyak koneksi media disana. Pikirku melayang, aku seakan yakin kalau nomor itu adalah nomor perusahaan baru yang akan mengnaungiku. Opppssss.. Ternyata meleset, ternyata perusahaan kontraktor batubara yang beroperasi di Kutai Timur.

Suara itu terasa renyah dan ramah buatku, rasanya jarang ada staff HRD yang renyah. Inisialnya "D" ( ga usah namalah, toh blog ini aku yang punya), jelas dia perempuan. Dia menanyakan apakah aku bersedia untuk bergabung di radio milik perusahaannya. Seperti biasa, kontrak adalah perjanjian hidup. Ya aku bilang " Memang apa yang company mba tawarkan ke saya?" Lalu dengan lancar dia bicara kompensasi gaji yang akan diterima, perhitungan libur dan lain sebagainya.

Kalau dipikir, gajinya malah lebih kecil dari yang aku dapat dari radioku yang sekarang. Tapi aku tertarik dengan kebebasan yang (mungkin) mereka bisa kasih ke aku waktu itu. Saat itu aku tau, saatnya berpindah dan jadi kutu loncat. Saat hati itu sudah mantap, aku putuskan waktu wawancara. 30 Nopember adalah waktu yang tepat. Karena aku jadwalkan esok ke Surabaya, dan kami sepakat.

Akhirnya aku menghubungi seorang sahabat, dan ya... aku berangkat.

Selasa, 16 Maret 2010

Meretas kehilangan ( In memoriam Bapak. Sundari )

Camp 2000, Pama Bontang - Nyaris tidak ada yang salah saat dia pergi. Kecintaan dia atas hidup dan idealisme tak terus oleh usia dan status. Pakdeku, Sundari adalah laki-laki terbaik yang pernah aku temui. Kepolisian D.I.Y tentu akan mengenali dia sebagai prajurit terbaik, mantan Kapolres Sleman dan mantan Wakapolda Jogja. Rekan -rekan sejawatnya tentu akan mengenali dia sebagai anggota Pepabri kota pelajar. Tapi aku melihatnya lebih dari itu, pakdeku adalah orang yang selalu memberikan dukungan terbesar bagiku. Caraku menyayangi dia, tak banyak orang tau.

Minggu, 14 Maret 2010 pukul 09.00 WIB dia berpulang. Di jemput ajal yang menandakan waktu berpulang ke sang pemegang nyawa. Aku tau dia akan pergi, hati ini rasanya pedih tapi toh Pakdeku bukan orang yang dekat dengan sedih. Maka, aku putuskan tersenyum seharian, pertanda penghormatanku kepada almarhum. Berbeda dengan mereka yang memilih menangis, pertanda kehilangan orang terkasih.

Kenangan terakhirku dengan almarhum, Desember 2009. Aku sadar hanya bertahan dua hari di kota itu dan hanya satu tempat yang ingin ku tuju Jl. Ciptowiloho, rumah pakdeku. Senyumnya membuat hati ini terkembang akan kebaikan dan kebesaran hati dia selama ini. Sembilan tahun berpisah, tawa dia masih renyah, senyumpun masih ramah, bahkan marah bisa aku rasa.


Aku merasa sangat nyaman dekat dia saat itu, seakan hati ini tahu akan berakhirnya waktu. Dia bercerita tentang bendera setengah tiang di depan rumahnya, pertanda kekecewaannya pada pemerintah. Aku bahkan sempat bilang kalau benderanya mulai nampak pudar dan dia memutuskan untuk segera mengganti dengan yang warnanya lebih cerah. Karena bendera Indonesia merah - putih, bukan merah padam dan putih pudar. Aku tidak pernah merasa sekecil itu, luar biasa kecintaannya atas bangsa.

Kebesaran hati dia harus tidak pernah kalah sekalipun ajal menyapa dan merenggut dia dari hidupku. Terimakasih atas semua paksaan dan argumentasi yang pernah terjadi dan kebersediaan pakdeku selama 27 tahun terakhir ini menjadi ayah pengganti dan panutan yang luar biasa besar untukku.