Sabtu, 18 Februari 2012

Menunggu rejeki

Samarinda- Foto ini hampir satu bulan yang akuambil, Maaf baru di upload karena baru buka kamera digital setelah lama akhirnya ketemu llagi. hehehehe

Foto ini diambil waktu perayaan Hari jadi Kota  Samarinda ke 334, Pemkot bikin acara Jalan Santai. Hadiahnya beragam mulai dari kipas angin sampe grand price Tiga sepeda motor. Cara ikutnya gampang banget, tinggal dateng ke Dinas Pariwisata dan masing-masing orang akan dapat kupon undian.

Kalo liat foto samping udah jelas banget Ibu satu ini adalah salah satu pemburu hadiah. Tiap ada pengumuman pemenang dia selalu paling siap dan sigap, dia ambil dan tata rapi kupon-kupon di tangannya.

Terlihat jelas harapannya untuk mendapatkan hadiah utama, atau paling tidak dia bisa pulang tanpa tangan hampa. Gerak tubuhnya menyatakan begitu, tatap matanya serius, telinganya berusaha mencerna setiap kata yang keluar dari panggung. 

Tiga jam lewat sudah, dan akhirnya...  bukan hadiah yang dia bawa pulang, sisa senyum juga tidak nampak di wajah sayunya. Penantian dia berakhir kecewa, habis harapan dia untuk mendapat hadiah langsung. Tapi satu hal aku bisa belajar dari Ibu ini, kesabaran dia selama menunggu walau hasilnya tiada. 

Terimakasih Ibu tanpa nama yang sudah bersedia memberiku pelajaran betapa menunggu dan sabar adalah satu kesatuan, tapi soal hasil? Itu lain cerita.

Jumat, 17 Februari 2012

Hadapi dan Menang

Hari ini aku belajar lagi bahwa si MORON itu suka teriak-teriak tapi takut berkonfrontasi. Ya, kemarin dia protes karena ada yang mengubah instalasi listriknya. Dia menulis di kertas agar tidak ada seorang pun yang boleh mengganggu listriknya. Dia juga sms ke atasan aku dan bilang agar tidak boleh ada yang otak-atik listriknya.

Hal yang membuat aku merasa aneh adalah kenapa dia tidak ada komunikasi dengan aku? Padahal aku ada di kantor seharian. Sepanjang pagi aku dapati tatapan sinis dari dia, Anehnya tiap aku liat matanya dia selalu menundu klatakutan. Oh dasar moron... kenapa kamu begitu? Apa Sulitnya to look me in the eye and said something about it?! Aku baru ketahui siang harinya saat atasan aku menegur ku, dan aku bilang ke atasanku.
"Oh, dia maunya gitu? Kok dari tadi ketemu aku biasa aja ya? Ga ada ngomong apa-apa."

Akhirnya pagi ini aku putuskan untuk biacara dengan dia, dan hasilnya.. Dia diem aja tuh. Aku bilang sama dia, "kalau ada masalah coba dibicarakan, ga usah tulis-tullis di kertas, gitu. Kan bisa di omongin. " Alhasil cuy.. dia cuma ngeloyor pergi dan diem.. ouuuwww bodohnya.

Kemana orang yang (katanya) kemarin marah-marah dan bentak-bentak seisi kantor saat para petinggi sudah pulang?

Kemana orang yang memaki aku saat aku tidak ada?
Kemana BAJINGAN TENGIK NAN PENGECUT ITU?

Laki-laki macam apa yang tidak bisa sejalan dengan apa yang dikatakan, lihat dan pikir? Aneh betul.. Betul betul aneh.

Ada baiknya Allah SWT menciptakan ada mempertemukan aku dengan species  macam itu

Kamis, 02 Februari 2012

Aku belajar dan bingung

Samarinda, - "Satu hal yang pasti tidak akan bisa berubah di dunia adalah perubahan itu sendiri". Agak rumit mungkin, tapi yang pasti adalah bahwa life is fun and sucks at the same time. Aku belajar kemarin bahwa menjadi berbeda memang sulit. Keberadaan aku disini adalah untuk memperbaiki supaya lebih menarik tapi tetap rapi. Hanya saja the stupid moron can't take it.


Masalah ini berawal dari teguran yang aku berikan kepada seorang karyawan lama di radio yang baru aku masuki. Dia memutar lagu yang tidak seharusnya, ga sesuai format. Maklum biasa di radio yang aturan mainnya ketat dan terskema dengan baik. Waktu aku komplain memang dia diem aja. Ehh.. Dasar apes, aku dapet laporan dari kawan yang lalin kalau si moron itu ngomongin aku ke penyiar yang lain. Kata dia, sejak keberadaan aku disini, aku seperti mau menguasai radio ini. Sungguh aneh, aku kan memang di divisi program sudah sewajarnya aku membuat raido ini lebih rapi dan baik di masa kemudian hari. Seandainya dia punya 10% dari isi kepalaku, pasti dia paham. Oops kok jadi kasar ya? Maaf..


Aturan memang menyakitkan buat orang-orang yang sudah berada di comfort zone nya. Buat aku sih ga masalah untuk menerima kritik dan masukan. Selama itu sifatnya membangun kenapa tidak? Selama kita berjiwa besar dan bisa melihat perbedaan sebagai masukan tentu akan jauh lebih bermanfaat. Tapi gimana bisa maju kalo kritikan berubah menjadi keluhan membabi buta dari salah seorang anggota, malah bikin ribet aja. 


Ya. i will admit one thing... My middle name is and alllways will be queen of complain.  Tapi aku konsekuen, walau komplain aku juga punya solusi. Aku memang dididik  begini, dan aku bangga dengan ini. Sampai sekarang juga aku masih belajar untuk mencari cara mudah untuk memahami orang lain. Aku masih belajar untu menjadi orang yang kritis dan solutif disaat yang sama. Aku menilai ini adalah bentuk toleransi yang paling maksimal aku bisa lakukan.