Tentang keseharian dan hal unik yang bisa kita gali lebih dalam.. kalau saja bersedia membuka hati, mata dan pikiran ;)
Minggu, 21 Desember 2014
Berdiri di satu kaki tanpa berganti hati.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
Jumat, 07 November 2014
Perjuangan ASI Ekslusifku
Mereka bilang, " Enak ya ASInya banyak" atau " Namanya anak orang ya harus ASI, bukan sufor atau sapi". Idiiihhh menyakitkan tau.... Jangan gitu ah, bersyukur yang bisa kasih asi full, yang tidak bisa kan bukan berarti salah sama sekali.
Kembali ke kisah ASIku, belajar memerah asi dengan tangan aku lakukan sejak Keenan berusian 3 bulan. Waktu itu alasannya simple, aku mau potong rambut. Hehehe ga mau ah bawa Kee ke salon. Awalnya susah banget, sampe frustasi apa pake pompa asi aja. Tapi beli juga sayang, harganya kan 300rban, mending buat yang lain. Ternyata masalah terbesarnya bukan itu. Produksi ASI itu fluktuatif, kadang banyak dan ga jarang sedikit. Selidik punya selidik itu karena kesalahan aku sendiri. Makan ga teratur dan stress.
Sejak sebulan yang lalu akhirnya pakai unimom, hasil minjem dari sepupu. Awalnya frustasi pake breast pump. Dikepalaku, kl pake BP bakal ngalir kaya keran air, ternyata ga. Ya sama aja kaya merah asi manual. Emosi, jadinya makin sedikit deh dapetnya. Masak 1 jam cuma 50 Ml. Kebangetan ga tuh???
Karena masih jengkeln sempet tuh empat hari ga merah asi dan akhirnya kembali semangat nyetok asi. Alhamdulilah 75ml dalam 30 menit. Lumayaaannn.
Perjuangan ASI ekslusif hampir selesai, tapi setelahnya aku bertekad sampai Keenan DUA tahun harus tetap ASI. Semangat para Busui... Insya Allah kita bisa :)
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
Senin, 13 Oktober 2014
Buat rekening (lagi)
Akhirnya minta pendapat suami, kata abang ga bisa bikin rekening kalau tanpa surat domisili sampai kecamatan, Nah lo... kenapa begitu? Jawabnya mudah, karena aku masih warga Bontang, Kaltim. Artinya gampang... ga punya KTP setempat.
Bukan aku kalau percaya aja sama suami dan manut, akhirnya telpon ke BCA dan meminta penjelasan. Ternyata bisa kok! Mba yang di ujung telpon waktu itu bilang tinggal bawa KTP, SIM dan fotocopy Kartu Keluarga. Waduh, sempet sakit kepala juga. Wong KKnya ada di Bontang juga. Ga habis akal langsung minta adek emailin softcopynya. Sementara abang masih keukeh kalau perlu surat domisili dari kecamatan. Mungkin pada heran kenapa suami kok keukeuh banget, wajar aja sih, dia dulu bikin BCA di Jakarta diminta surat domisili itu. Alasannya karena masih KTP Banten.
Karena keukeh, akhirnya ke BCA.... Ternyata sampai sana Mba Shella, petugas dari BCA Brigjen Katamso Jogja bilang, bisa lihat KTP dan SIMnya mba? Aku kasih deh... Dia bilang bisa aja kok, asal bisa menunjukan identitas lain dengan nama dan alamat yang sama! Bahkan Fotocopy Kartu Keluargaku ga kepake :)
Yeaayyy Punya rekening Tabungan (lagi)
Semua Orang Bilang Damai
Ada yang bilang kalau menikah itu penjara. Masa? Kalau memang penjara, seharusnya kita berperilaku baik supaya hukuman dikurangi dan bisa segera keluar. Apa iya mau keluar dari pernikahan?
Lalu ada lagi yang bilang menikah itu perankap. Nah ini aneh lagi ni, kalau memang perangkap seharusnya kita bisa meminta tolong kepada orang lain yang kita anggap pantas dan bisa membantu untuk mencari dan membuka pintu keluar.
Pernikahan itu surga. Bisa jadi bagi mereka yang mejalani dengan hati yang tenang, tentram dan kompak bersama pasangan. Tapi apakah akan bebas tanpa coba? I dont think so.
Definisi pernikahan menurut aku adalah bagian dan hidup. tahapan atau fase baru yang memang dilakoni atau dilewati.
Senin, 22 September 2014
Apa yang kamu lihat dari pesta pernikahan?
1. Pengantin pria, wajahnya mencerminkan pikiran dan hatinya. Ada yang bahagia luar biasa, ada juga yang bahagia namun pikirannya menerawang, atau cenderung tenang. Aku lebih suka melihat pengantin laki-laki (bukan karena ganjen), diwajahnya tergambar jelas suasana hati dan pikirannya. Kalau yang perempuan sudah jelas, biasanya dia bahagia nian (kl nikah ga dipaksa lo ya). Bagaimana tidak? Dia adalah perempuan tercantik di perhelatan yang dia buat.
2. Tampilan Tamu undangan.
Aku suka mengamati dandanan para tamu. Ada yang saking ingin memeriahkan acara, eh dia dandan paling meriah. Malah ada yang lebih mencolok dari pengantin perempuan. Wah, kalau ini keterlaluan namanya. Hehehe. Itulah kenapa, kalau nikahan keluarga, aku selalu bertanya dress code yang akan digunakan mempelai dan keluarga. Salah2 nanti terlalu high, atau parahnya... Baju yang aku pakai bisa sama atau senada dengan panitia atau petugas catering hehe.
3. Venue
Aku jatuh cinta dengan garden party. Suka banget yang serba outdoor. Tapi digedung boleh jugalah. Banyaknya ornamen menjelaskan selera dari keluarga perempuan ( biasanya yg ribetkan yang perempuan).
4. Makanan
Paling suka kalau ada makanan tradisional yang disajikan disana. Ga melulu daging-dagingan. Ikan asin masuk menu juga asik kok. Jajanan pasar juga enak, Konsep pesta sekarang memang sudah bergeser. Lebih fleksibel Xixixi
5. Obrolan sekeliling.
Rumpi banget ya aku? Yang aku suka dari acara pernikahan adalah, bisa keliling venue. Aku kurang suka ada disatu tempat. Berputar tempat jadi menarik buatku. Pasti disana ada orang yang memuji atau mengkritik tuan rumah.
Kalau kamu? Apa yang kamu perhatikan dari sebuah pesta pernikahan?
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
Wedding on top of everything?
Kondisi masing-masing pasangan kan beda, jadi ga bisa pukul rata. Ada yang memang punya kemampuan untuk lebih, ada pula yang sebaliknya. Lalu peran keluarga apa?
Keluarga ya mendukung, ga harus materi. Malah kalau bisa, jangan keluar materi. Itu akan membuktikan kesiapan mempelai. Bagus aja kan?
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
Minggu, 21 September 2014
Social Media Buat Hepi Hepi Aja.
Namanya socMed pasti ada timeline dong. Mood bisa berubah sesekali ada TL yang ganggu. Mulai dari yang kerjaannya ngeluh terus, (seakan dunia cuma berputar di dirinya sendiri) walau ga salah juga sih. Atau adalagi yang kerjaannya nulisin doa-doa pribadi yang dipublish, belom lagi sumpah serapah. Nah... Kalau nemu model begitu dan aku udah diluar batas ambang kesabaran, maka pilihannya adalah... HAPUS & BLOCK.
Biasanya yg di block suka ngambek, marah bahkan block balik hehehe. Sesekali nyadar kenapa sih? Statusmu menggangguku! Gitu aja sih.. Xixixi Mau sensi ya silahkan. Biasanya sih aku ga pandang bulu, kadang bukan cuma temen, sodara. Juga bisa aku block. Jadi ga usah ngenes sendiri.
Aku ga peduli lo, silaturahim bisa dilakuin dimana aja kok. Kalau memang di socmed ga bisa, ya dikehidupan nyata aja. Itupun biasa-biasa aja. Ga usah terlalu drama.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
Sabtu, 20 September 2014
Bapaknya si...
Aku sebenernya sebel kalau ada yang melakukan itu. Seakan menjauhkan atau membuat si bapak "ekslusif". Paling geregetan kalau ternyata si bapak yang dimaksud adalah saudara atau sahabat. Biasanya ibu-ibu melakukan ini tanpa sadar. Kalau aku menilainya ini adalah tameng. Ya! Tameng! Seakan ingin membuat benteng tebal, bahwa suaminya, bapak dari anak-anaknya adalah orang yang berbeda bukan orang yang sama.
Bagaimana rasanya kalau itu terjadi pada kita? Si bapak adalah saudara/sahabat kita. Lalu si istri bilang "ga tau tuh bapaknya (nama anak)". Menurutku ini adalah kalimat buntu. Dia membuat blok seakan, kita sudah tidak bisa lagi membuat akses ke saudara/sahabat kita.
Ga tau ini warisan dari mana, tapi... Hal ini kerap terjadi dilingkungan kita atau bahkan bisa jadi kita juga melakukan hal yang sama? Nah lo... Aku berusaha sebisa mungkin menghindari ini. Kadang kalau di komplek ada yang tanya " Keenan sama bapaknya mba? ". Selalu aku jawab "iya tuh, sama Mas Budi".
Bapaknya si (nama anak)... Itu fungsinya mungkin sebagai kata ganti orang ( walau selama belajar bahasa indonesia belum pernah aku diajari itu ). Aku risih juga mendengarnya. Bagaimana rasanya kalau kamu seorang ibu dengan anak laki-laki yang sudah menikah dan punya anak. Lalu menantumu berkata " ga tau tuh bapaknya si (nama anak)?"
Piye jal perasaanmu?
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
Kamis, 11 September 2014
Kemerdekaan Rahim
Dulu waktu menikah, suami bertanya. " Kapan kamu siap hamil?" Aku jawab enam bulan setelah menikah. Dia mengamini. Setelah Keenan lahir, dia bertanya " Apa masih mau hamil lagi? " Aku jawab mungkin. Dia lalu menjawab " ya sudah, sesiapmu saja"
Dia menjelaskan, sebagai laki-laki dia tidak ingin egois. Hamil memang kodrat perempuan. Karena dia menghormati itu pulalah maka dia memberikan kebebasan kepadaku kapan ingin hamil. Itu semua karena aku yang merasakan. Memastikan aku ada di kondisi siap lahir dan batin itu penting. Supaya aku nyaman dan janin yang tumbuh bisa dalam keadaan serta suasana yang apik.
Aku tidak hendak membandingkan dengan perempuan yg diminta hamil oleh pasangannya. Karena disanapun ada pilihannya. Sungguh beruntungnya aku memiliki suami yang moderat.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
Senin, 14 Juli 2014
Gempa Tadi Menyadarkanku.
Entah kenapa, siang tadi aku sangat merindukan Keenan. Aku ingin selalu ada disampingnya. Sekedar melihat gerak-geriknya. Aku melihat senyumnya, memperhatikan tangan mungilnya, serta tubuhnya yang kian hari kian besar. Lamunanku terhenti, tiba-tiba kasurku bergetar, kipas angin goyang, bahkan box bayi Keenan bergeser. Ya ALLAH, GEMPA! Tanpa pikir panjang aku raih bayi mungil yang sedang tidur terlelap, aku lari keluar sembari memeluknya erat.
Akhirnya gempa itu berhenti, aku tatap wajah pulas dalam mimpi indahnya. Bayiku, terlelap tidur. Inikah naluri seorang ibu? Detik itu makin kuat tekadku untuk menjaga dia. Akan ku jaga apapun taruhannya. Dia separuh nyawaku, jiwaku yang membuat aku merasakan benar arti "hidup".
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Menjadi Ibu dan Diriku Sendiri.
Aku yang sekarang berbeda, kalau dulu bisa seenaknya sendiri maka tidak sekarang. Keberadaan satu semut saja di kamar anakku sudah membuatku geram dan naik pitam. Bagaimana kalau makhluk kecil itu mengganggu putraku? Aku ini adalah bodyguard buat dia.
Lalu aku merasa sepi. Merasa kehilangan diriku sendiri, seperti kehilangan kaki. Aku lemah. Berada di rumah tanpa kegiatan hanya membuatku penat. Lalu aku menyalahkan keadaan. Mengutuk diriku sendiri. Aku kerap merasa tidak berharga, tidak dihargai dan tidak berarti. Inikah aku yang sekarang?
Pada malam hari aku menatap sunyi, melihat malaikat kecilku dan aku bertanya " seegois inikah aku? " Aku ingin berbuat dan melakukan banyak hal. Tapi, dia bergantung sekali padaku. Bukan hanya untuk urusan ASI, tapi memandikan, mengganti pakaiannya, memeluknya ketika dia menangis mencuci bajunya, memastikan dia aman dan nyaman. Itu semua tugasku.
Untuk mengeluh rasanya terlalu, ada laki-laki kecilku yang membutuhkanku. Sementara akan ku nikmati masa ini dulu.
Aku merasa tidak ada satu orangpun yang mengerti aku. Bahkan (kadang) suamiku menjadi orang asing buatku. Bagaimana ini? Apa ini baby blues? Aku ingin berla
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Jumat, 11 Juli 2014
Laki-laki cilik, pemenang hati.
Melihat ada semut mencoba masuk ke kamarnya sudah membuatku naik darah. Bagaimana dia gelisah dalam tidurnya membuatku merasa bersalah. Bagaimana ini? Perasaan luar biasa yang aku miliki.
Keenan Levi Pratama, jika suatu saat engkau membaca ini. Ketahuilah ibumu mencintaimu sepenuh hati.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Senin, 07 Juli 2014
Everybody has to know type
Dengan mudahnya dia berbagi informasi tentang diri dan perasaan dia ke orang lain. Padahal artis juga bukan. Lalu aku melihat kalau orang itu mungkin merasa kosong. Sampai dia perlu publish semua tentang dirinya agar mendapat pengakuan dari orang lain. Miris kan?
Biasanya yang model begini, bukan siapa-siapa. Bayangkan saja.. Selesai masak air saja harus jadi status? Walah... Kaya bikin buat se RT aja. Sendirian di rumahpun di update. Belum lagi, soal kondisi dan keadaan rumahnya. Apa perlunya? Jangan-jangan warna celana dalamnya juga diupdate nanti. Walaaah malah ngelantur.
Lalu kenapa orang macam ini muncul? Kesepian kah? Miskin kegiatankah? Minim prestasikah? Atau sedemikian gelapnyakah hidupnya? Apa kita salah satunya? Bisa jadi ^_^
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Belajar(lah) Mengukur Agar Terukur
Aku selalu melakukan itu, an eye for an eye. Malah kadang aku membalas dua atau tiga kali lipat. Aku habisi harga diri dia atau mereka yang telah berbuat salah padaku. Kejam? Buatku tidak. Alibiku saat itu adalah aku lakukan itu agar dia atau mereka berpikir dua kali sebelum menyakiti orang lain atau AKU. Aku selalu percaya, sometimes the good guy have to do bad thing to make things right.
Lalu ustadz tadi meneruskan ceramahnya. "Tidak! Jangan kita jahati orang yang telah menjahati kita". Aku hanya memicingkan mataku. " Kalau kita melakukan itu, maka sama saja. Ibaratnya kita kecurian, lalu kita mencuri ". Langsung aku terhenyak. Iya juga...
Dua hari lalu ada orang menyumpahi keluarga kecilku. Di hati dan kepalaku yang panas saat itu macam-macam muncul dibenakku. Apa hak perempuan sial itu berkata seperti itu? Kenapa harus aku dan anakku masuk dalam sumpah serapahnya? Dia mendoakan hal buruk kepada kami, padahal ibuku dan seluruh keluarga besarku berharap besar kepada aku dan anakku. Sejatinya dia sudah menantang mereka. Dapat tenaga dan ilham dari mana perempuan tidak tahu diri itu? Sejumlah rencana balas dendam sudah ada dikepalaku. Lalu aku teringat ceramah ustadz tadi. Aku urungkan niatku.
Sejenak aku terdiam dengan seluruh isi kepala menjadi satu. Aku menghentikan niat jahatku bukan karena takut dosa, aku melakukannya karena gengsi. Yes, pride! She's not my class.
Kalau aku berharap dia menaruh amarahnya ditakaran yang tepat, makan aku juga sudah melakukan hal yang sama. Bahwa dia dan aku tidak berada di level yang sama. Tolong jangan bicara kalau Tuhan menganggap derajat manusia itu sama di mata-NYA.
Suatu hari Pakdeku pernah berkata " jangan sekali-sekali berurusan dengan orang patah pulpen. Susah... Kalau kita bicara soal nilai, mereka tidak paham. Kita bicara pakai kertas, dia gunakan parang". Patah pulpen disini artinya banyak, bisa pendidikan, pergaulan, tata krama, latar belakang atau bahkan budaya (iya ga sih). Aku tidak hendak berkata kalau aku berada diatas dia. Bukan! Hanya saja kami memang beda kelas. Cara aku menghadapi dia harus elegan, tapi firm.
Buat apa menyimpan marah? Ini adalah jalan Tuhan untuk aku melakukan sortir terhadap orang yang aku perlukan di masa depan kelak. Jadi, seharusnya aku bersyukur. Satu batu sudah disingkirkan untukku oleh waktu.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Selasa, 01 Juli 2014
A New Chapter ---> Become A Mommy
Orang bilang, " Akhir dari perjalanan panjang". Anehnya, aku justru menilai biasa saja. Sakit, perih, lelah dan segala yang berurusan dengan fisik, aku justru biasa saja.
Silahkan bilang aku aneh. Tapi sejak awal kehamilanku, aku sudah mendoktrin diriku sendiri. Hamil itu hal wajar, umum, normal, biasa dialami perempuan. Memang sudah fitrahnya. Begitulah aku melihat hidup.
Pecah ketuban jam 2 dini hari membuatku berpikir bahwa itu semua terlalu cepat. Bagaimana tidak? Hari Perkiraan Lahir (HPL) adalah 27 Mei! Lebih cepat tiga minggu dari perkiraan. Aku khawatir hal buruk terjadi pada bayiku.
Ternyata tidak, semua normal dan wajar saja. Usia kehamilan 37 Minggu itu sudah cukup atau siap lahir.
Akhirnya jam 18.45 lahirlah putra kami, Keenan Levi Pratama dengan berat 2,8Kg dan panjang 48 Cm. Anak laki-laki yang kami gantungkan harapan besar atas keberlangsungan keluarga kami.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Minggu, 18 Mei 2014
Aku? Perempuan dengan banyak pertayaan.
Bisa jadi kita sering melakukannya. like i said, bisa jadi. Aku menilai apa yang terjadi diluar akal sehatku adalah salah. sekarang? Aku coba untuk melihatnya sebagai sesuatu yang wajar saja.
Sabtu, 03 Mei 2014
Perempuan dengan 1001 warna
Kamis, 01 Mei 2014
Preganancy, huge changing experince in me
1. Keusilan ku diminggu ke 14.
2. Kehidupan Sosialku
3. USG pertama
Jumat, 07 Maret 2014
Masa Transisi Hidup Tanpa Rokok
Selasa, 04 Maret 2014
Ada masalah dengan orang single ?
Selasa, 25 Februari 2014
Bukan Suami Takut Istri
Selasa, 28 Januari 2014
Polisi Bukan Untuk Ditakuti
Kurang lebih dua bulan yang lalu aku kehujanan waktu pulang siaran. Kebetulan hari itu aku ga bawa mantel. Aku lihat banyak pengguna jalan memadati halte bis untuk berteduh. maksud hati ingin kesana, tapi mau dimana lagi? Wong penuh banget. Akhirnya aku putuskan untuk berhenti di pos polisi terdekat. Petugasnya sempat bingung juga, kenapa aku kesana. Dia pikir aku punya masalah. lalu aku jelaskan kalau aku hanya ingin berlindung sejenak dari hujan. Petugas disana welcome sekali, aku dipersilahkan masuk kemudian malah sempat dibuatkan teh hangat. Waahh baik sekali Bapak itu.
Dua tahun yang lalu aku pernah karena keasikan di jalan-jalan malah lupa dimana harus naik bis untuk pulang. Maklum kota yang aku kunjungi saat itu sudah berbeda jauh. Akhirnya aku masuk pos polisi dan bertanya arah. Mereka menjelaskan dengan sabar, sebelumnya juga dipersilahkan duduk, diberi minum supaya tenang dan diajak ngobrol. Akhirnya mereka tahu kalau aku dari Kaltim. Giliran mereka yang panik, kasian katanya ada perempuan muda yang tersesat. Padahal aku cuma perlu tahu dimana halte bis terdekatnya. Sampai akhirnya salah satu dari petugas mengantarku ke halte bis dan menitipkan aku ke supir agar diturunkan ditempat tujuanku. Baik banget ya....
Waktu kecil juga aku pernah diantar mobil patroli polisi ke rumah. Tetangga panik, dipikirnya ada hal buruk yang terjadi padaku. Padahal saat itu tukang ojek langganan terlambat menjemputku. Kebetulan ada pak polisi yang datang ke sekolah. Aku bercerita dan dia mengantarkan aku pulang. FYI itu waktu TK.
Kebiasaan anehku satu lagi adalah dimulai saat SMP. Kebiasaan travelling keluar kota sudah diperbolehkan oleh ibu menggunakan bis. Setiap masuk terminal, aku biasakan bertanya kepada petugas Dishub dimana bisku berada. Setelah sampai di kota tujuan biasanya aku akanmasuk ke pos pengamanan untuk sekedar berbincang atau melepas lelah. Bisa sih di kantin. Tapi lebih aman di Pos Polisi.
Sepanjang perjalanan hidupku, belum pernah aku menerima perlakuan buruk dari petugas. Mereka juga manusia yang punya rasa untuk membantu sesama. Jadi buat apa merasa takut? Entah kenapa ada temanku yang anti pati dengan polisi, bahkan beberapa merasa takut. terutama temanku yang dibuntuti itu. Dia beranggapan kalau polisi itu urusannya ribet, susah dan lain lain. padahal mereka itukan pelayan masyarakat, jadi kenapa harus takut?