Minggu, 21 Desember 2014

Berdiri di satu kaki tanpa berganti hati.

Jakarta - Aku menghitung dengan cermat mana-manaP bagian yang bisa aku rekam dengan baik. Mana pula tempat yang bisa aku gunakan sebagai tempat berpijak kini dan nanti
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Jumat, 07 November 2014

Perjuangan ASI Ekslusifku

Jogja - Keinginan untuk memberi ASI eksklusif 6 bulan kepada Keenan Insya Allah terwujud dua hari lagi. Kenapa? Ya karena dua hari lagi Kee masuk 6 bulan :)

Mereka bilang, " Enak ya ASInya banyak" atau " Namanya anak orang ya harus ASI, bukan sufor atau sapi". Idiiihhh menyakitkan tau.... Jangan gitu ah, bersyukur yang bisa kasih asi full, yang tidak bisa kan bukan berarti salah sama sekali.

Kembali ke kisah ASIku, belajar memerah asi dengan tangan aku lakukan sejak Keenan berusian 3 bulan. Waktu itu alasannya simple, aku mau potong rambut. Hehehe ga mau ah bawa Kee ke salon. Awalnya susah banget, sampe frustasi apa pake pompa asi aja. Tapi beli juga sayang, harganya kan 300rban, mending buat yang lain. Ternyata masalah terbesarnya bukan itu. Produksi ASI itu fluktuatif, kadang banyak dan ga jarang sedikit. Selidik punya selidik itu karena kesalahan aku sendiri. Makan ga teratur dan stress.

Sejak sebulan yang lalu akhirnya pakai unimom, hasil minjem dari sepupu. Awalnya frustasi pake breast pump. Dikepalaku, kl pake BP bakal ngalir kaya keran air, ternyata ga. Ya sama aja kaya merah asi manual. Emosi, jadinya makin sedikit deh dapetnya. Masak 1 jam cuma 50 Ml. Kebangetan ga tuh???
Karena masih jengkeln sempet tuh empat hari ga merah asi dan akhirnya kembali semangat nyetok asi. Alhamdulilah 75ml dalam 30 menit. Lumayaaannn.

Perjuangan ASI ekslusif hampir selesai, tapi setelahnya aku bertekad sampai Keenan DUA tahun harus tetap ASI. Semangat para Busui... Insya Allah kita bisa :)
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Senin, 13 Oktober 2014

Buat rekening (lagi)

Jogja - Sejak menikah dan punya anak banyak hal yang terlupa, salah satunya mengisi rekening bank. Alhasil saat beberapa waktu yang lalu ingin menggunakan ATM BCA eh, kartunya ketelen hiks. Pertama bingung kenapa kok bisa begitu. setelah telpon ke call center, baru tau kalau rekening aku udah closed. hiks

Akhirnya minta pendapat suami, kata abang ga bisa bikin rekening kalau tanpa surat domisili sampai kecamatan, Nah lo... kenapa begitu? Jawabnya mudah, karena aku masih warga Bontang, Kaltim. Artinya gampang... ga punya KTP setempat.

Bukan aku kalau percaya aja sama suami dan manut, akhirnya telpon ke BCA dan meminta penjelasan. Ternyata bisa kok! Mba yang di ujung telpon waktu itu bilang tinggal bawa KTP, SIM dan fotocopy Kartu Keluarga. Waduh, sempet sakit kepala juga. Wong KKnya ada di Bontang juga. Ga habis akal langsung minta adek emailin softcopynya. Sementara abang masih keukeh kalau perlu surat domisili dari kecamatan. Mungkin pada heran kenapa suami kok keukeuh banget, wajar aja sih, dia dulu bikin BCA di Jakarta diminta surat domisili itu. Alasannya karena masih KTP Banten.

Karena keukeh, akhirnya ke BCA.... Ternyata sampai sana Mba Shella, petugas dari BCA Brigjen Katamso Jogja bilang, bisa lihat KTP dan SIMnya mba? Aku kasih deh... Dia bilang bisa aja kok, asal bisa menunjukan identitas lain dengan nama dan alamat yang sama! Bahkan Fotocopy Kartu Keluargaku ga kepake :)

Yeaayyy Punya rekening Tabungan (lagi)

Semua Orang Bilang Damai

Jogja - Honestly i really dont know what it mean. merkea bilang ketika sudah menikah maka kita akan menjadi pribadi yang berbeda. masa sih? Atau memang seharusnya begitu? Aku sendiri masih merasa menjadi orang yang sama. Apa seharusnya aku yang berubah? Apa aku salah?

Ada yang bilang kalau menikah itu penjara. Masa? Kalau memang penjara, seharusnya kita berperilaku baik supaya hukuman dikurangi dan bisa segera keluar. Apa iya mau keluar dari pernikahan?

Lalu ada lagi yang bilang menikah itu perankap. Nah ini aneh lagi ni, kalau memang perangkap seharusnya kita bisa meminta tolong kepada orang lain yang kita anggap pantas dan bisa membantu untuk mencari dan membuka pintu keluar.

Pernikahan itu surga. Bisa jadi bagi mereka yang mejalani dengan hati yang tenang, tentram dan kompak bersama pasangan. Tapi apakah akan bebas tanpa coba? I dont think so.

Definisi pernikahan menurut aku adalah bagian dan hidup. tahapan atau fase baru yang memang dilakoni atau dilewati.

Senin, 22 September 2014

Apa yang kamu lihat dari pesta pernikahan?

Jogja - Sering datang ke walimah pernikahan membuat aku makin teliti memperhatikan sekeliling.

1. Pengantin pria, wajahnya mencerminkan pikiran dan hatinya. Ada yang bahagia luar biasa, ada juga yang bahagia namun pikirannya menerawang, atau cenderung tenang. Aku lebih suka melihat pengantin laki-laki (bukan karena ganjen), diwajahnya tergambar jelas suasana hati dan pikirannya. Kalau yang perempuan sudah jelas, biasanya dia bahagia nian (kl nikah ga dipaksa lo ya). Bagaimana tidak? Dia adalah perempuan tercantik di perhelatan yang dia buat.

2. Tampilan Tamu undangan.
Aku suka mengamati dandanan para tamu. Ada yang saking ingin memeriahkan acara, eh dia dandan paling meriah. Malah ada yang lebih mencolok dari pengantin perempuan. Wah, kalau ini keterlaluan namanya. Hehehe. Itulah kenapa, kalau nikahan keluarga, aku selalu bertanya dress code yang akan digunakan mempelai dan keluarga. Salah2 nanti terlalu high, atau parahnya... Baju yang aku pakai bisa sama atau senada dengan panitia atau petugas catering hehe.

3. Venue
Aku jatuh cinta dengan garden party. Suka banget yang serba outdoor. Tapi digedung boleh jugalah. Banyaknya ornamen menjelaskan selera dari keluarga perempuan ( biasanya yg ribetkan yang perempuan).

4. Makanan
Paling suka kalau ada makanan tradisional yang disajikan disana. Ga melulu daging-dagingan. Ikan asin masuk menu juga asik kok. Jajanan pasar juga enak, Konsep pesta sekarang memang sudah bergeser. Lebih fleksibel Xixixi

5. Obrolan sekeliling.
Rumpi banget ya aku? Yang aku suka dari acara pernikahan adalah, bisa keliling venue. Aku kurang suka ada disatu tempat. Berputar tempat jadi menarik buatku. Pasti disana ada orang yang memuji atau mengkritik tuan rumah.


Kalau kamu? Apa yang kamu perhatikan dari sebuah pesta pernikahan?
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Wedding on top of everything?

Jogja - Siapa sih yang ga kepingin punya pesta pernikahan yang sejuk, indah bahkan semarak? Tentu tiap pasangan menginginkan hal yang sama. Tapi kalau sudah bentrok dengan kondisi keuangan, masa iya mau tutup mata?

Kondisi masing-masing pasangan kan beda, jadi ga bisa pukul rata. Ada yang memang punya kemampuan untuk lebih, ada pula yang sebaliknya. Lalu peran keluarga apa?

Keluarga ya mendukung, ga harus materi. Malah kalau bisa, jangan keluar materi. Itu akan membuktikan kesiapan mempelai. Bagus aja kan?

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Minggu, 21 September 2014

Social Media Buat Hepi Hepi Aja.

Jogja - Social media, siapa sih yang ga punya? Macemnya sekarang makin banyak, jadi makin ramelah.

Namanya socMed pasti ada timeline dong. Mood bisa berubah sesekali ada TL yang ganggu. Mulai dari yang kerjaannya ngeluh terus, (seakan dunia cuma berputar di dirinya sendiri) walau ga salah juga sih. Atau adalagi yang kerjaannya nulisin doa-doa pribadi yang dipublish, belom lagi sumpah serapah. Nah... Kalau nemu model begitu dan aku udah diluar batas ambang kesabaran, maka pilihannya adalah... HAPUS & BLOCK.

Biasanya yg di block suka ngambek, marah bahkan block balik hehehe. Sesekali nyadar kenapa sih? Statusmu menggangguku! Gitu aja sih.. Xixixi Mau sensi ya silahkan. Biasanya sih aku ga pandang bulu, kadang bukan cuma temen, sodara. Juga bisa aku block. Jadi ga usah ngenes sendiri.

Aku ga peduli lo, silaturahim bisa dilakuin dimana aja kok. Kalau memang di socmed ga bisa, ya dikehidupan nyata aja. Itupun biasa-biasa aja. Ga usah terlalu drama.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Sabtu, 20 September 2014

Bapaknya si...

Jogja- Pernah denger seseorang ibu ketika ditanya soal sesuatu dan dia menjawab " sebentar aku tanya bapaknya anak-anak ya?" Atau "ga tau tuh bapaknya si ( nama anak) ? " Buat yg sudah ya udah, yg belom ya tunggu aja hehehe...

Aku sebenernya sebel kalau ada yang melakukan itu. Seakan menjauhkan atau membuat si bapak "ekslusif". Paling geregetan kalau ternyata si bapak yang dimaksud adalah saudara atau sahabat. Biasanya ibu-ibu melakukan ini tanpa sadar. Kalau aku menilainya ini adalah tameng. Ya! Tameng! Seakan ingin membuat benteng tebal, bahwa suaminya, bapak dari anak-anaknya adalah orang yang berbeda bukan orang yang sama.

Bagaimana rasanya kalau itu terjadi pada kita? Si bapak adalah saudara/sahabat kita. Lalu si istri bilang "ga tau tuh bapaknya (nama anak)". Menurutku ini adalah kalimat buntu. Dia membuat blok seakan, kita sudah tidak bisa lagi membuat akses ke saudara/sahabat kita.

Ga tau ini warisan dari mana, tapi... Hal ini kerap terjadi dilingkungan kita atau bahkan bisa jadi kita juga melakukan hal yang sama? Nah lo... Aku berusaha sebisa mungkin menghindari ini. Kadang kalau di komplek ada yang tanya " Keenan sama bapaknya mba? ". Selalu aku jawab "iya tuh, sama Mas Budi".

Bapaknya si (nama anak)... Itu fungsinya mungkin sebagai kata ganti orang ( walau selama belajar bahasa indonesia belum pernah aku diajari itu ). Aku risih juga mendengarnya. Bagaimana rasanya kalau kamu seorang ibu dengan anak laki-laki yang sudah menikah dan punya anak. Lalu menantumu berkata " ga tau tuh bapaknya si (nama anak)?"

Piye jal perasaanmu?
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Kamis, 11 September 2014

Kemerdekaan Rahim

Jogja - obrolan singkat dengan suami kadang bisa menjadi hal yang besar ( in a good way ).

Dulu waktu menikah, suami bertanya. " Kapan kamu siap hamil?" Aku jawab enam bulan setelah menikah. Dia mengamini. Setelah Keenan lahir, dia bertanya " Apa masih mau hamil lagi? " Aku jawab mungkin. Dia lalu menjawab " ya sudah, sesiapmu saja"

Dia menjelaskan, sebagai laki-laki dia tidak ingin egois. Hamil memang kodrat perempuan. Karena dia menghormati itu pulalah maka dia memberikan kebebasan kepadaku kapan ingin hamil. Itu semua karena aku yang merasakan. Memastikan aku ada di kondisi siap lahir dan batin itu penting. Supaya aku nyaman dan janin yang tumbuh bisa dalam keadaan serta suasana yang apik.

Aku tidak hendak membandingkan dengan perempuan yg diminta hamil oleh pasangannya. Karena disanapun ada pilihannya. Sungguh beruntungnya aku memiliki suami yang moderat.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Senin, 14 Juli 2014

Gempa Tadi Menyadarkanku.

Jogja - Sudah dua hari ini kotaku diguyur hujan tanpa henti. Walau hanya gerimis, tapi bertahan dan konstan menyirami. Sampai akhirnya siang tadi kira-kira 12.15 WIB aku terhenyak.

Entah kenapa, siang tadi aku sangat merindukan Keenan. Aku ingin selalu ada disampingnya. Sekedar melihat gerak-geriknya. Aku melihat senyumnya, memperhatikan tangan mungilnya, serta tubuhnya yang kian hari kian besar. Lamunanku terhenti, tiba-tiba kasurku bergetar, kipas angin goyang, bahkan box bayi Keenan bergeser. Ya ALLAH, GEMPA! Tanpa pikir panjang aku raih bayi mungil yang sedang tidur terlelap, aku lari keluar sembari memeluknya erat.

Akhirnya gempa itu berhenti, aku tatap wajah pulas dalam mimpi indahnya. Bayiku, terlelap tidur. Inikah naluri seorang ibu? Detik itu makin kuat tekadku untuk menjaga dia. Akan ku jaga apapun taruhannya. Dia separuh nyawaku, jiwaku yang membuat aku merasakan benar arti "hidup".
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Menjadi Ibu dan Diriku Sendiri.

Jogja- Genap dua bulan lima hari aku menjadi seorang ibu. Bahagia nyata benar ada padaku. Malaikat kecilku adalah pelipur lara dan penghilang lelahku. Dia adalah pancaran kebahagiaan yang aku miliki sekarang.

Aku yang sekarang berbeda, kalau dulu bisa seenaknya sendiri maka tidak sekarang. Keberadaan satu semut saja di kamar anakku sudah membuatku geram dan naik pitam. Bagaimana kalau makhluk kecil itu mengganggu putraku? Aku ini adalah bodyguard buat dia.

Lalu aku merasa sepi. Merasa kehilangan diriku sendiri, seperti kehilangan kaki. Aku lemah. Berada di rumah tanpa kegiatan hanya membuatku penat. Lalu aku menyalahkan keadaan. Mengutuk diriku sendiri. Aku kerap merasa tidak berharga, tidak dihargai dan tidak berarti. Inikah aku yang sekarang?

Pada malam hari aku menatap sunyi, melihat malaikat kecilku dan aku bertanya " seegois inikah aku? " Aku ingin berbuat dan melakukan banyak hal. Tapi, dia bergantung sekali padaku. Bukan hanya untuk urusan ASI, tapi memandikan, mengganti pakaiannya, memeluknya ketika dia menangis mencuci bajunya, memastikan dia aman dan nyaman. Itu semua tugasku.

Untuk mengeluh rasanya terlalu, ada laki-laki kecilku yang membutuhkanku. Sementara akan ku nikmati masa ini dulu.

Aku merasa tidak ada satu orangpun yang mengerti aku. Bahkan (kadang) suamiku menjadi orang asing buatku. Bagaimana ini? Apa ini baby blues? Aku ingin berla
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 11 Juli 2014

Laki-laki cilik, pemenang hati.

Jogja - Bahagiaku saat ini tak terukur. Levelnya ada diatas bayanganku. Setiap aku menatap laki-laki cilik ini, hanya haru yang ada didiri.

Melihat ada semut mencoba masuk ke kamarnya sudah membuatku naik darah. Bagaimana dia gelisah dalam tidurnya membuatku merasa bersalah. Bagaimana ini? Perasaan luar biasa yang aku miliki.

Keenan Levi Pratama, jika suatu saat engkau membaca ini. Ketahuilah ibumu mencintaimu sepenuh hati.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 07 Juli 2014

Everybody has to know type

Jogja - Mendadak aku teringat obrolan singkat dengan seorang sahabat tentang kawan baru kami yang... Huumm how to put this delicately ABG. Gitu aja kali ya. Dia sangat publish (bahasa kami saat itu). Sampai akhirnya ada FB, dia update paling lama 10 menit sekali. Artinya tanpa henti ada nama dia di timeline kami. Lalu aku berpikir, kenapa ada orang seperti itu?

Dengan mudahnya dia berbagi informasi tentang diri dan perasaan dia ke orang lain. Padahal artis juga bukan. Lalu aku melihat kalau orang itu mungkin merasa kosong. Sampai dia perlu publish semua tentang dirinya agar mendapat pengakuan dari orang lain. Miris kan?

Biasanya yang model begini, bukan siapa-siapa. Bayangkan saja.. Selesai masak air saja harus jadi status? Walah... Kaya bikin buat se RT aja. Sendirian di rumahpun di update. Belum lagi, soal kondisi dan keadaan rumahnya. Apa perlunya? Jangan-jangan warna celana dalamnya juga diupdate nanti. Walaaah malah ngelantur.

Lalu kenapa orang macam ini muncul? Kesepian kah? Miskin kegiatankah? Minim prestasikah? Atau sedemikian gelapnyakah hidupnya? Apa kita salah satunya? Bisa jadi ^_^
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Belajar(lah) Mengukur Agar Terukur

Jogja - Beberapa hari yang lalu aku sempat menonton ceramah agama di Kompas TV, entah apa namanya. Si ustadz berkata " kalau ada orang berbuat jahat sama kita apa akan kita jahati?" Lalu aku berpikir... Iya!

Aku selalu melakukan itu, an eye for an eye. Malah kadang aku membalas dua atau tiga kali lipat. Aku habisi harga diri dia atau mereka yang telah berbuat salah padaku. Kejam? Buatku tidak. Alibiku saat itu adalah aku lakukan itu agar dia atau mereka berpikir dua kali sebelum menyakiti orang lain atau AKU. Aku selalu percaya, sometimes the good guy have to do bad thing to make things right.

Lalu ustadz tadi meneruskan ceramahnya. "Tidak! Jangan kita jahati orang yang telah menjahati kita". Aku hanya memicingkan mataku. " Kalau kita melakukan itu, maka sama saja. Ibaratnya kita kecurian, lalu kita mencuri ". Langsung aku terhenyak. Iya juga...

Dua hari lalu ada orang menyumpahi keluarga kecilku. Di hati dan kepalaku yang panas saat itu macam-macam muncul dibenakku. Apa hak perempuan sial itu berkata seperti itu? Kenapa harus aku dan anakku masuk dalam sumpah serapahnya? Dia mendoakan hal buruk kepada kami, padahal ibuku dan seluruh keluarga besarku berharap besar kepada aku dan anakku. Sejatinya dia sudah menantang mereka. Dapat tenaga dan ilham dari mana perempuan tidak tahu diri itu? Sejumlah rencana balas dendam sudah ada dikepalaku. Lalu aku teringat ceramah ustadz tadi. Aku urungkan niatku.

Sejenak aku terdiam dengan seluruh isi kepala menjadi satu. Aku menghentikan niat jahatku bukan karena takut dosa, aku melakukannya karena gengsi. Yes, pride! She's not my class.

Kalau aku berharap dia menaruh amarahnya ditakaran yang tepat, makan aku juga sudah melakukan hal yang sama. Bahwa dia dan aku tidak berada di level yang sama. Tolong jangan bicara kalau Tuhan menganggap derajat manusia itu sama di mata-NYA.

Suatu hari Pakdeku pernah berkata " jangan sekali-sekali berurusan dengan orang patah pulpen. Susah... Kalau kita bicara soal nilai, mereka tidak paham. Kita bicara pakai kertas, dia gunakan parang". Patah pulpen disini artinya banyak, bisa pendidikan, pergaulan, tata krama, latar belakang atau bahkan budaya (iya ga sih). Aku tidak hendak berkata kalau aku berada diatas dia. Bukan! Hanya saja kami memang beda kelas. Cara aku menghadapi dia harus elegan, tapi firm.

Buat apa menyimpan marah? Ini adalah jalan Tuhan untuk aku melakukan sortir terhadap orang yang aku perlukan di masa depan kelak. Jadi, seharusnya aku bersyukur. Satu batu sudah disingkirkan untukku oleh waktu.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 01 Juli 2014

A New Chapter ---> Become A Mommy

Jogja - 9 Mei 2014 adalah hari bersejarah buatku, menjadi Ibu.

Orang bilang, " Akhir dari perjalanan panjang". Anehnya, aku justru menilai biasa saja. Sakit, perih, lelah dan segala yang berurusan dengan fisik, aku justru biasa saja.

Silahkan bilang aku aneh. Tapi sejak awal kehamilanku, aku sudah mendoktrin diriku sendiri. Hamil itu hal wajar, umum, normal, biasa dialami perempuan. Memang sudah fitrahnya. Begitulah aku melihat hidup.

Pecah ketuban jam 2 dini hari membuatku berpikir bahwa itu semua terlalu cepat. Bagaimana tidak? Hari Perkiraan Lahir (HPL) adalah 27 Mei! Lebih cepat tiga minggu dari perkiraan. Aku khawatir hal buruk terjadi pada bayiku.
Ternyata tidak, semua normal dan wajar saja. Usia kehamilan 37 Minggu itu sudah cukup atau siap lahir.
Akhirnya jam 18.45 lahirlah putra kami, Keenan Levi Pratama dengan berat 2,8Kg dan panjang 48 Cm. Anak laki-laki yang kami gantungkan harapan besar atas keberlangsungan keluarga kami.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 18 Mei 2014

Aku? Perempuan dengan banyak pertayaan.

Jogja - Seribu satu pertayaan ada dikepalaku. Kenapa hidup harus berputar, kenapa ada manusia yang sulit menghargai orang lain atau bahkan kenapa ada orang yang mampu menyakiti orang yang paling dia citntai. Sulit memang untuk memahami semua itu.

Bisa jadi kita sering melakukannya. like i said,  bisa jadi. Aku menilai apa yang terjadi diluar akal sehatku adalah salah. sekarang? Aku coba untuk melihatnya sebagai sesuatu yang wajar saja.  

Sabtu, 03 Mei 2014

Perempuan dengan 1001 warna

Jogja – Aku, adalah perempuan yang sangat istimewa. Punya banyak sekali kelebihan, keunikan dan juga ketakutan. Aku juga belajar kalau banyak hal terjadi diluar kendali dan kemampuanku. Aku mengerti kalau aku juga seorang drama queen, karenanya kepalaku kerap digelayuti banyak hal. Aku sekarang sedang belajar mengendalikan emosiku, sungguh perjuangan yang sangat berat. Kalau aku punya waktu lebih banyak di dunia, aku akan mencoba untuk mengendalikannya lebih baik.

Hari ini aku melihat bagaimana seorang sahabat menilaiku. Sungguh aku sama sekali tidak tahu betapa besar pengaruhku terhadap kehidupannya. Aku bersyukur bisa memberi dia pandangan yang berbeda dalam setiap masalah atau warna kehidupan yang muncul dalam keseharian. Alhamdulilah, ternyata pribadi yang super rumit ini punya nilai positif bagi dia.

Aku selalu punya pendapat dalam setiap hal yang aku sampaikan dengan pemikiran yang aneh ( bagi sebagian orang). Bisa jadi itu juga yang menjadi alasan saudara-saudaraku mengutarakan masalah atau kendalanya padaku. Adik-adikku sudah jarang bercerita tentang masalah yang mereka alami, aku bisa pahami mereka adalah laki-laki yang berajak dewasa. Memang sudah kodratnya mereka akan menyimpan keluh kesahnya sendiri untuk ditelan, telaah dan selesaikan jika memang memungkinkan. Aku bisa bicara seperti ini sekarang karena sudah mulai berbesar hati. Dulu? Jangan harap! Aku masih menganggap mereka adalah adik-adikku yang akan aku jaga dengan sekuat tenaga dan kemampuanku. Aku merasa bertanggung jawab atas apa yang mereka akan dan telah alami. Tapi tidak sekarang J

Kelemahanku adalah, aku tidak bisa mendefiniskan satu warna pada diriku sendiri. Bagaimana aku bisa menilai satu warna sedangkan cara melihatku saja sudah berbeda. Kadang aku merasa merah adalah warna yang tepat, tapi aku tahu kalau biru dan hitam disaat yang sama. Lalu bagaimana dengan abu-abu? Aku bisa melihat kalau memang ada jingga disana, bahkan cokelat. Sungguh rumit dan wajar disaat yang sama.



Kamis, 01 Mei 2014

Preganancy, huge changing experince in me

Jogja – People might say its just a phase of life or maybe its “preganancy brain” or drawning into cliches. Whatever… I am me…

Banyak pengalaman menarik selama kehamilan ini. Pada trimester pertama dan kedua justru aku merasa biasa saja. Acapkali aku lupa kalau aku sedang mengandung seorang bayi. Di kepalaku, dia akan menuruti semua kemauanku, hehehe dan aku salah!

 1.  Keusilan ku diminggu ke 14.
Aku masih belum percaya ada calon manusia kecil dalam tubuhku. Saat itu aku belum melirik USG.  Aku pikir nanti-nanti sajalah. Malam itu, jam 8 malam. I have nothing to do, to be honest was bored.  Buka netbook udah bosen, baca buku? Lebih males lagi. Lalu aku melihat perutku, baru tersadar kalau aku hamil. Ah, what the hell.

Aku memutuskan untuk tengkurap di kasur. Aku pikir saat itu, “mari menggoda!” Awalnya biasa, lalu ada yang aneh di detik ke 5, aku merasa ada ketukan kecil dalam perutku, tapi aku belum yakin. Aku kembali berbaring, lalu aku ulangi lagi kali ini dia menendang 2 kali. Entah apa dikepalaku, aku berbaring dan bilang “ segitu aja to dek? “ lalu aku tengkurap lagi. Kali ini balasannya lebih keras, Tidak hanya menendang, tapi di bergerak seperti whipper kaca mobil di perutku dan aku teriak sekencang mungkin, setelah itu meminta maaf karena sudah mengganggu kenyamanan dia.

Memang ada calon manusia di dalam perutku…

2.   Kehidupan Sosialku
Setelah seharian bekerja ( di rumah dan kantor) aku memutuskan pulang. Lalu ada BBM masuk yang bilang ada party di kantor yang kebetulan aku lupa. Maksud hati bergegas pergi apa daya, badan lemas seketika, perasaan malas ku menggelayuti, belom lagi ditambah langit Jogja yang tiba-tiba mendung dan gerimis seakan menentangku untuk berangkat. Tapi bukan aku namanya kalau harus diam dan pasrah. Aku bergegas mengambil kunci motor diatas kulkas, lalu ada hal aneh yang terjadi. Perutku merasakan tendangan keras dalam setiap langkah yang aku ambil. Baru aku sadar, janin ini memang punya pikiran sendiri.

Bukan cuma acara kantor, beberapa event keluarga juga harus terlewat karena dia enggan. Kenapa aku bilang dia? Karena sebenarnya badan dan kepalaku ingin pergi, tapi dia seakan melarangnya. Ya sudahlah, anak ini memang mandiri.

3. USG pertama
Kalau rata-rata ibu hamil ingin segera melihat janinnya di usia dini, tidak dengan aku. Aku baru melakukan USG di bulan ke 6. Kenapa? Karena aku tahu gelombang yang digunakan adalah gelombang radio. Walaupun kekuatannya kecil dan cenderung aman, tapi aku juga berpikiran janinku juga masih sangat kecil. Sebagai orang radio, aku tahu rasanya sakit kepala kalau terlalu lama di ruang pemancar. Banyak yang membujuk aman, tapi aku tidak perduli. Aku tetap dengan pendapatku sendiri. Suami? Ah, dia mengikuti kemauanku

Lalu apa alasan aku memutuskan untuk USG di bulan ke 6? Semua karena pemeriksaan rutin bulan itu.  Saat pemeriksaan  fisik, perlu 3 orang bidan untuk mencari denyut jantungnya. Bidan pertama wajahnya sampai pucat karena tidak bisa menemukannya. Pikiran buruk sudah mengggelayutiku. Bidan kedua bahkan perlu waktu 5 menit lebih dan akhirnya menyerah. Akhirnya bidan ketiga,  dia perlu 10 menit untuk mencari. Wajahnya tenang, namun raut penasaran nampak jelas. Akhirnya dia menemukannya, menarik apa yang dia bilang. “Anaknya aktif sekali ya Bu.  Kami sulit mencari denyutnya bukan karena lemah, tapi karena dia bergerak terus”  Hadeeehhhh

Lalu ada bidan yang menawarkan USG, setelah kejadian itu tentu aku memutuskan untuk melakukannya. Alhamdulilah hasilnya bagus. Suami yang ikut masuk hanya tersenyum geli. Kata dia, anak ini memang di dalam rahimku bergerak terus. Kami ingin melihat jenis kelaminnya saja tidak bisa. Sungguh anak pintar J

Sebenarnya banyak hal menarik dalam kehamilan pertama ini. Aku belajar kalau bisa saja dia lebih usil dari aku, kalau memang itu benar adanya maka memang ini rejeki kami. Dia akan menjad anak yang ekstra ordinary, menarik dan ekspresif . Namun yang lebih penting diatas semuanya adalah.. dia sehat. Amin



Jumat, 07 Maret 2014

Masa Transisi Hidup Tanpa Rokok



Jogja – Ini adalah hari ketiga aku terkagum-kagum pada suamiku. Keinginan dia untuk berhenti merokok benar-benar menggugah. Aku melihat setiap saat bagaimana dia memerangi rasa candu yang dia rasakan. Itulah enaknya punya suami yang bekerja dari rumah, gerak-geriknya terlihat jelas ^_^

Hari pertama dia lalui dengan susah payah. Pagi itu aku bangun untuke menyiapkan kopi dan the sebagai teman dia bekerja. Tidak ada yang aneh. Bagaimana tidak? Aku masih melihat asbak diatas meja komputer. Satu jam berlalu dan aku mulai heran, aku kok nyaman sekali bernapas. Biasanya aku sudah mengarahkan kipas angin kepintu supaya asap rokok tidak masuk kamar. Baru aku sadar, tidak ada bau rokok tercium.

Kubuang rasa heranku, lalu aku masuk keruang kerja suami. Aku tidak melihat puntung rokok di asbak. Tapi, sifat sok  detektif aku mencari rokok disekelilingnya. Ternyata memang tidak ada satu bungkus rokokpun disana. Aku lihat wajahnya lekat-lekat penuh selidik. Ada yang aneh.
 “ Adaapa sih?” dia merasa terganggu.
Tumben ga ada bau rokok. Ada apa nih? “ Aku balik bertanya.
Dia tersenyum manja dan berkata…
“ Aku memang mau berhenti merokok”

Aku terkejut setengah mati, masih tidak bisa percaya sama sekali dengan apa yang aku dengar barusan.
“ Serius ni, aku lagi usaha. Tapi jangan punya ekspetasi terlalu tinggi ya. Kan ga gampang. “
“ Well, I’m Happy to hear that. But, I believe when I see it”  Jawabku politis ala perempuan yang tidak lagi mau sakit hati.

Aku pernah kecewa dahulu, menemani dia dua kali untuk menghilangkan kecanduan rokok yang dia miliki. Pernah dia minta ditemani untuk digurah dan hipnoteraphy. Hasilnya? Nihil. Dia gagal dan aku menelan kecewa besar. Semga kali ini terbayar manis. Amin.

Dihari itu bukan berarti dia tanpa rokok. Dia minta ijin merokok di jam 8 pagi. Ga tahan katanya. Lalu Siang dua batang dan malam hari satu batang. Kesal? Ah ga juga. Normalnya dia merokok minimal satu bungkus dalam 24 jam. Jadi kalau berkurang 12 batang dihari pertama aku takjub.

Di hari kedua, ada lagi keajaiban baru.
“ Sayang, beliin permen mint ya “ Pintanya pagi hari.
Aku sanggupi dan bertanya dia mau makan apa hari itu. Aku coba manjakan lidahnya, aku tahu dia menderita menahan kecanduan nikotinnya. Benar saja, ternyata permen itu bermanfaat. Kemarin dia merokok satu batang di jam 12 siang dan dua batang lagi di malam hari. Kenapa malam masih merokok dua batang? Karena dia lupa menaruh permennya. Hahaha such a poor boy.

Malam tadi dia berkeluh kesah akan pengalamannya berhenti merokok selama dua hari. Tenggorokannya sakit gara-gara merokok ( mungkin karena dikurangi dengan drastis ya? ). Kasihan juga aku. Lalu dia merasakan bedanya, bahwa dompetnya tidak bergeser ( baca: uangnya utuh). Lalu aku mencontohkan beberapa harga bahan makanan yang setara dengan rokoknya.  Setengah kilo ikan Bandeng kegemarannya, daging ayam setengah kilo, bahkan harga kopi dan tehnya. Dia diam dan melihat perutku dan berkata “ Mending buat beli susu bayi kita nanti ya “ Dia penuh sesal. Aku hanya bisa tersenyum.

Hari ini, hari ketiga dia mengurangi rokoknya. Batuknya makin parah. Bisa jadi itu karena jumlah nikotin yang dia konsumsi menurun drastis. Badannya lemas. Wajarlah. Kali ini dia berhenti dengan keinginannya sendiri, bukan karena aku. Semoga saja berakhir manis, seperti tadi aku bilang. Walau begitu, aku menghargai perjuangannya untuk berhenti merokok. Tugasku sekarang adalah terus memberikan dukungan kepada dia, suamiku sekaligus bapak dari janin yang tengah aku kandung tujuh bulan.

Selasa, 04 Maret 2014

Ada masalah dengan orang single ?

Jogja – Tidak ada yang salah dengan menjadi orang single. Tapi, kenapa masih ada saja yang bertanya “kapan menikah?”. Seakan menjadi single itu adalah keputusan yang salah. Apalagi kalau perempuan itu sudah bekerja dan mandiri, pertanyaan itu muncul seperti virus yang sengaja dibuat untuk menghancurkan harga diri.  Apa perlakuan ini hanya dilakukan oleh mereka yang sudah menikah? Atau hanya orang yang lebih tua (saja)? Ouw tidak….. Aku punya contohnya.

Enam tahun yang lalu bukan masa yang asik buatku. Seorang kenalan perempuan, usianya paruh baya. Setiap kali bertemu denganku, dia akan bertanya “ Jadi kapan ni nikahnya? “ atau  “ Cieh, dah pake cincin ni, jadi kapan? “. Padahal dia sendiri masih single. Oh iya, definisi aku tentang single adalah mereka yang adalah belom menikah. Pacaran? Masuk dalam hitungan single! Balik lagi ke cerita tadi, setiap bertemu dia aku hanya senyum. Saat itu, aku pikir tidak ada gunanya menjawab pertanyaan orang yang memang belum dan bukan apa-apa buatku.Sekarang dia kemana? Setahuku dia masih single.

Lalu ada lagi, seorang sahabat perempuan. Menikah lebih dulu dan sering bertanya kapan menikah. Pertama aku pikir ini adalah bentuk perhatian. Lama-lama aku melihat ada yang tidak sehat. Pertanyaan itu sering diutarakan didepan orang banyak. Perempuan seharusnya saling mendukung, bukan menjatuhkan. Selalu saja aku malas menjawab. Buat apa? Hematku. Sekarang?

Pengalaman menarik justru muncul dari seorang kawan lama. Dua belas tahun sudah kami tidak bertemu. Dia hanya bertanya “ Apa sudah menikah? “. Dengan senang hati aku menjawab “belum”. Lalu dia mendakan semoga aku segera mendapatkan apa yang aku cari dan secepatnya mendapatkan pendamping yang bisa membuat hidupku sempurna. Ini nih…. Begini ini tindakan seorang sahabat sejati. Dia tidak mengeluarkan pernyataan yang menyakitkan. Dia mendukung, memberi support penuh dan menjadi sandaran tepat sahabatnya.

Lalu apa yang aku lakukan kalau ada saudara, kenalan atau sahabat yang single?  Aku bertanya (jika memungkinkan) lalu meyakinkan dia… “ Awesome people gonna find each others in a certain amount of time  and become awesome couple “


Selasa, 25 Februari 2014

Bukan Suami Takut Istri

“Iya, Om mu kan sudah ga kerja lagi sekarang. Pensiunan sih.” Suara dari dalam rumah itu menghentikan asiknya obrolan hangat antara seorang keponakan dan pamannya.
          “Akhirnya beres juga kan nduk.“  Laki-laki itu tersenyum sambil memberikan kunci inggris kepadaku. Sementara aku dengan wajah menyesal menerima beberapa perkakas dan memasukkannya kedalam toolbox untuk memperbaiki mobil sore itu. Tak lama kemudian, aku pamit pulang. Seandainya saja aku tidak mampir ke rumahnya, kata-kata itu tidak akan keluar. Hah Mengutuk diri selalu jadi jawaban menarik dalam situasi macam ini.
          Laki-laki yang dibilang pensiunan itu adalah omku. Yang aku tahu dia adalah seorang pekerja keras, ayah yang mencintai anak-anaknya, paman terbaik dimuka bumi, adik paling pengertian bagi saudara-saudaranya, tetangga yang gemar menolong dilingkungannya, rekan kerja yang luar biasa bagi teman sejawatnya, tapi satu yang dia belum bisa, menjadi sempurna dimata istrinya.   Miris rasanya.
          Dua hari setelah kejadian itu aku kembali melewati rumahnya, melihat bagaimana dia sangat tenang dengan kegiatannya memberi makan ikan dan aku putuskan berhenti sejenak. “ Serius ni om?” sapaku.
“ Eh kamu, sini-sini main sebentar. Lama kita ga cerita-cerita” Jawabnya hangat.
Aku lalu menarik kursi dan dan duduk. “Kalau haus ambil minum sendiri ya. Tahukan tempatnya?“  lanjutnya ramah.
Melihat usaha dia untuk mencairkan suasana, harus aku akui itu kerja keras setelah apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu. “Beres Om” jawabku.
          Rambut dikepalanya yang berwarna putih, guratan wajahnya dan juga beberapa urat yang nampak ditanggannya membuat aku terharu. Om ku adalah laki-laki pekerja keras.
“ Gimana rasanya kerja dihutan? Betah? “ Dia bertanya tetang pekerjaan baruku.
“Lumayan Om, ternyata ga seenak yang orang pikir” gerutuku.
“Biasa itu, dijalani saja. Om tahu kalau kamu pasti  bisalah, kan kamu kuat”  Dia menguatkanku. Lalu aku curahkan semua keluh kesahku selama bekerja di lokasi tambang batubara tempatku bekerja. Jawabannya selalu menenangkan, dia bahkan memberikan aku beberapa tips untuk menghadapi rekan kerja dan atasanku.
          Dia lalu duduk disampingku sambil menghela napas panjang, seakan ada beban yang ingin dia lepaskan.
“ Kegiatan apa om sekarang?” Tanyaku.
“ Ini lagi mau bikin kolam ikan satu lagi disamping rumah. Lumayan buat kesibukan.“  Dia menjawab dengan tenang.
“ Tanahnya masih luas lo om, masa cuman kolam ikan aja?” Aku penasaran
Hehehe ini masih awal nduk, nanti diatas kolam bakal ada kangkung. Nah, sisa tanahnya mau ditanam terong, cabe, bayem wah macem-macem deh” Dia menjelaskan dengan rinci semua rencananya dengan antusias.
Rasanya lama sudah aku tidak melihat wajah  gembira itu. Kagum aku dengan semangatnya yang besar walau dia tidak lagi menjadi manager bagi anak buahnya di workshop alat berat.
“Kalau ga gitu, mau ngapain lagi si Om nduk?”  suara itu muncul bersamaan dengan perempuan paruh baya yang membawa minuman untuk kami.
“ Eh tante.. Apa kabar?” aku menyapanya.
“ Ah kalau tante gini-gini aja. Mau ngapain lagi coba? Udah ga bisa kaya dulu lagi” Dia menjawab dengan entengnya. Apa coba maksudnya dengan kalimat itu? Sungguh menyakitkan. Berbicara setajam itu didepan seorang keponakan yang sangat mengidolakan pamannya.
          Omku hanya diam, dia sadar kalau dia adalah topik yang dikeluhkan istrinya. Aku pikir dia akan marah, memendam rasa  dalam tapi tidak. Dia tetap tersenyum padaku. Justru aku  yang mendidih mendengarnya, tidak terima rasanya. Aku lalu melanjutkan percakapan dengan omku.
“ Biar aja ya om, pesiunan. Kan dulu kerja terus.” Belaku
“Tapi hidupkan banyak keperluan, nduk.” Tanteku membela diri.
Aku membalikkan badanku dan berkata “ Kalau orang-orang kayak Om ga pensiun, lalu orang-orang muda seperti aku kerja apa dong tan? “
Perempuan itu diam dan melangkah meninggalkan kami.
          “Ga perlu kamu membela Om seperti itu, kamu kan belum tahu rasanya berumah tangga. Suatu saat kamu akan paham. Tapi, terimakasih”  Laki-laki itu menenangkan aku dalam senyumnya. Sementara aku terkesima melihat sikapnya. Lalu om bercerita bagaimana mereka berdua pernah mengalami  masa-masa sulit dan melewatinya dengan baik berkat dukungan dan pengorbanan dari tante.
         
Semua yang aku ketahui tentang Omku adalah betapa sabar dan cintanya dia kepada istrinya. Aku sering melihat dia dengan senang hati menyapu halaman depan, membuang sampah bahkan membakar sampah. Buatku, itu luar biasa. Pagi hari biasanya dia akan memberi makan ikan sembari kadang mencabut rumput dan lumut disekitarnya. Seakan dalam ada keindahan dipekerjaan remeh temeh yang dia kerjakan.          
          Buat sebagian orang mungkin menganggap dia adalah seorang pengecut karena tidak bisa mengendalikan istrinya. Tapi buatku dia adalah pahlawan, seorang lelaki sejati yang bersedia memberikan seluruh hidupnya untuk keluarga yang dia kasihi. Dia menerima kekurangan pasangannya sama seperti dia menerima dan bangga atas semua kelebihannya. Dia tidak pernah kehilangan tatap cintanya, tutur manisnya, lembut dalam setiap laku yang keluar dalam keseharian. Mungkin cinta itu begitu, selalu melihat hal-hal baik bahkan disaat yang kurang baik sekalipun.  Sekali lagi… Mungkin!

Selasa, 28 Januari 2014

Polisi Bukan Untuk Ditakuti

Jogja -Kurang lebih sebulan yang lalu ada seorang teman yang datang kepadaku kalau dia baru kali itu berani masuk kantor polisi. jadi ceritanya dia diikuti oleh pengendara motor yang sama sekali dia tidak kenal. Pendek kata dibuntutilah. Dia bilang keberanian dia untuk masuk kantor polisi itu karena kisahku. Lha aku ? Bikin apa aku???

Kurang lebih dua bulan yang lalu aku kehujanan waktu pulang siaran. Kebetulan hari itu aku ga bawa mantel. Aku lihat banyak pengguna jalan memadati halte bis untuk berteduh. maksud hati ingin kesana, tapi mau dimana lagi? Wong penuh banget. Akhirnya aku putuskan untuk berhenti di pos polisi terdekat. Petugasnya sempat bingung juga, kenapa aku kesana. Dia pikir aku punya masalah. lalu aku jelaskan kalau aku hanya ingin berlindung sejenak dari hujan.  Petugas disana welcome sekali, aku dipersilahkan masuk kemudian malah sempat dibuatkan teh hangat. Waahh baik sekali Bapak itu.

Dua tahun yang lalu aku pernah karena keasikan di jalan-jalan malah lupa dimana harus naik bis untuk pulang. Maklum kota yang aku kunjungi saat itu sudah berbeda jauh. Akhirnya aku masuk pos polisi dan bertanya arah. Mereka menjelaskan dengan sabar, sebelumnya juga dipersilahkan duduk, diberi minum supaya tenang dan diajak ngobrol.  Akhirnya mereka tahu kalau aku dari Kaltim. Giliran mereka yang panik, kasian katanya ada perempuan muda yang tersesat. Padahal aku cuma  perlu tahu dimana halte bis terdekatnya. Sampai akhirnya salah satu dari petugas mengantarku ke halte bis dan menitipkan aku ke supir agar diturunkan ditempat tujuanku. Baik banget ya....

Waktu kecil juga aku pernah diantar mobil patroli polisi ke rumah. Tetangga panik, dipikirnya ada hal buruk yang terjadi padaku. Padahal saat itu tukang ojek langganan terlambat menjemputku. Kebetulan ada pak polisi yang datang ke sekolah. Aku bercerita dan dia mengantarkan aku pulang. FYI itu waktu TK. 

Kebiasaan anehku satu lagi adalah dimulai saat SMP. Kebiasaan travelling keluar kota sudah diperbolehkan oleh ibu menggunakan bis. Setiap masuk terminal, aku biasakan bertanya kepada petugas Dishub dimana bisku berada. Setelah sampai di kota tujuan biasanya aku akanmasuk ke pos pengamanan untuk sekedar berbincang atau melepas lelah. Bisa sih di kantin. Tapi lebih aman di Pos Polisi.

Sepanjang perjalanan hidupku, belum pernah aku menerima perlakuan buruk dari petugas. Mereka juga manusia yang punya rasa untuk membantu sesama. Jadi buat apa merasa takut? Entah kenapa ada temanku yang anti pati dengan polisi, bahkan beberapa merasa takut. terutama temanku yang dibuntuti itu. Dia beranggapan kalau polisi itu urusannya ribet, susah dan lain lain. padahal mereka itukan pelayan masyarakat, jadi kenapa harus takut?




Sabtu, 25 Januari 2014

Tiga Puluh Satu tahun dan Satu hari

Jogja - Hari ini itu umurku. Sekarang aku sedang berada dikamar, belum mandi dan diatas kasur sambil memegang netbook tercinta ini. Sungguh berbeda jauh dengan apa yang aku alami selama dua belas tahun terakhir ini. 

Dulu aku pernah menjadi seorang mahasiswa, penyiar radio, Reporter, Programme Director, Manager On Air Programme, Marketers, Accounting And tax Officer, Head event serta Person In Charge ini dan itu. Sekarang? Sekarang aku bukan siapa-siapa. Dalam karir jelas tidak ada pencapaian luar biasa yang aku buat. Apakah menyedihkan?

Sekarang aku seorang istri dari seorang laki-laki hebat bernama Budi Christianto, calon ibu untuk janin berusia lima bulan dibadanku serta satu hal yang aku tidak akan bisa pensiun menjadi kakak buat ketiga adk-adikku. Jadi dimana downside dari kisah ini? NONE!

Semoga aku menjadi pribadi yang jauh lebih baik, membanggakan mereka orang-orang yang mencintaiku dengan setulus hati dan jiwa raganya. Amin