Jogja – Ini adalah hari ketiga
aku terkagum-kagum pada suamiku. Keinginan dia untuk berhenti merokok
benar-benar menggugah. Aku melihat setiap saat bagaimana dia memerangi rasa
candu yang dia rasakan. Itulah enaknya punya suami yang bekerja dari rumah,
gerak-geriknya terlihat jelas ^_^
Hari pertama dia lalui dengan
susah payah. Pagi itu aku bangun untuke menyiapkan kopi dan the sebagai teman
dia bekerja. Tidak ada yang aneh. Bagaimana tidak? Aku masih melihat asbak
diatas meja komputer. Satu jam berlalu dan aku mulai heran, aku kok nyaman sekali bernapas. Biasanya aku
sudah mengarahkan kipas angin kepintu supaya asap rokok tidak masuk kamar. Baru
aku sadar, tidak ada bau rokok tercium.
Kubuang rasa heranku, lalu aku
masuk keruang kerja suami. Aku tidak melihat puntung rokok di asbak. Tapi,
sifat sok detektif aku mencari rokok disekelilingnya.
Ternyata memang tidak ada satu bungkus rokokpun disana. Aku lihat wajahnya
lekat-lekat penuh selidik. Ada yang aneh.
“ Adaapa sih?” dia merasa terganggu.
“ Tumben ga ada bau rokok. Ada apa nih? “ Aku balik bertanya.
Dia tersenyum manja dan berkata…
“ Aku memang mau berhenti merokok”
Aku terkejut setengah mati, masih
tidak bisa percaya sama sekali dengan apa yang aku dengar barusan.
“ Serius ni, aku lagi usaha. Tapi
jangan punya ekspetasi terlalu tinggi ya. Kan
ga gampang. “
“ Well, I’m Happy to hear that. But, I believe when I see it” Jawabku politis ala perempuan yang tidak lagi
mau sakit hati.
Aku pernah kecewa dahulu,
menemani dia dua kali untuk menghilangkan kecanduan rokok yang dia miliki. Pernah dia minta ditemani untuk digurah
dan hipnoteraphy. Hasilnya? Nihil. Dia gagal dan aku menelan kecewa besar.
Semga kali ini terbayar manis. Amin.
Dihari itu bukan berarti dia
tanpa rokok. Dia minta ijin merokok di jam 8 pagi. Ga tahan katanya. Lalu Siang dua batang dan malam hari satu batang.
Kesal? Ah ga juga. Normalnya dia
merokok minimal satu bungkus dalam 24 jam. Jadi kalau berkurang 12 batang
dihari pertama aku takjub.
Di hari kedua, ada lagi keajaiban
baru.
“ Sayang, beliin permen mint ya “
Pintanya pagi hari.
Aku sanggupi dan bertanya dia mau
makan apa hari itu. Aku coba manjakan lidahnya, aku tahu dia menderita menahan
kecanduan nikotinnya. Benar saja, ternyata permen itu bermanfaat. Kemarin dia
merokok satu batang di jam 12 siang dan dua batang lagi di malam hari. Kenapa
malam masih merokok dua batang? Karena dia lupa menaruh permennya. Hahaha such a poor boy.
Malam tadi dia berkeluh kesah
akan pengalamannya berhenti merokok selama dua hari. Tenggorokannya sakit
gara-gara merokok ( mungkin karena dikurangi dengan drastis ya? ). Kasihan juga
aku. Lalu dia merasakan bedanya, bahwa dompetnya tidak bergeser ( baca: uangnya
utuh). Lalu aku mencontohkan beberapa harga bahan makanan yang setara dengan
rokoknya. Setengah kilo ikan Bandeng
kegemarannya, daging ayam setengah kilo, bahkan harga kopi dan tehnya. Dia diam
dan melihat perutku dan berkata “ Mending buat beli susu bayi kita nanti ya “
Dia penuh sesal. Aku hanya bisa tersenyum.
Hari ini, hari ketiga dia
mengurangi rokoknya. Batuknya makin parah. Bisa jadi itu karena jumlah nikotin
yang dia konsumsi menurun drastis. Badannya lemas. Wajarlah. Kali ini dia
berhenti dengan keinginannya sendiri, bukan karena aku. Semoga saja berakhir
manis, seperti tadi aku bilang. Walau begitu, aku menghargai perjuangannya
untuk berhenti merokok. Tugasku sekarang adalah terus memberikan dukungan
kepada dia, suamiku sekaligus bapak dari janin yang tengah aku kandung tujuh
bulan.