Selasa, 26 Januari 2010

cantik itu perlu, Halal itu penting !

Camp 2000 pama bontang- Repot juga jadi perempuan ya? Siapa sih yang ga ingin tampil menarik? Semua pasti berbondong-bondong untuk itu. Produknya beragam blush on merek ini, bedak brand itu.. dari dalam hingga luar negeri semua ada. Harganya juga beragam, aku sendiri pernah menemukan pelembab dengan harga Rp.8.000 sampai Rp.250.000 untuk ukuran yang mini kira-kira 50 ml. Pernah juga terbersit untuk ga pake produk-produk itu, tapi gimana dong? Kala ada keperluan ngemc atau ada acara keluarga dan kantor masa polos aja? Ga mungkin kan?

Aku mulai sadar dari lima tahun lalu dan baru berani eksekusi tahun ini. Ternyata kosmetik yang beredar di pasaran ga jelas sertifikasinya. Kalo dari BPOM sih jelas aja, koce cd untuk kosmetik lokal dan cl untuk yang luar negeri punya. Itukan sertifikasi aman aja dari segi kesehatan. Terus kalau dari segi agama gimana?

Sampai sekarang aku juga ga tau mana kosmetik yang halal dan tidak. Beruntung ketemu produk yang menurut saya punya konsep yang menarik. Wardah namanya. Menggunakan label halal dalam setiap produknya (walau bau dari peoduk ini buat saya kurang nyaman pada awalnya, tapi ya sudahlah.. paling ga ini yang terbaik yang bisa digunakan sekarang).

Sedih deh rasanya kalau inget kesalahan yang pernah dibuat. Sudah tau produknya ga halal kok masih dipake. Yuukk, mikir lebih kritis lagi. Ibadah kita ni, jangan sampe tercemar gara-gara barang yang seharusnya bikin cantik. Mana bikin pahala juga minim, eeehh begitu punya sedikit udah di kuras habis karena produk ga halal. Bete ah.

Buat temen-temen yang perempuan, yuk sama-sama kita hunting dan pake yang halal aja. Produknya aku belum ketemu banyak sih. Tapi paling ga kan udah ada Wardah atau zahra, walau ga semua mudah di cari di pasaran. Sementara buat yang laki-laki ni.. di suport dunk pacar atau sukur-sukur istri dan keluarganya untuk menjauh dari produk yang ga jelas juntrungannya.

Sementara saya... masih belajar juga soal yang satu ini. Karena ternyata.. banyak banget produk yang ga islami sama sekali lo. Jadi sedih, padahalkan Indonesia itu negara yang mayoritas penduduknya adalah umat islam.

Aku dan Forum Diskusi Radio


Camp 2000 Pama Bontang - Kira-kira dua tahun lalu aku goyah dan berniat untuk meninggalkan radio. Rasanya aku marah, benci dan jenuh sekali karena sampai di titik kulminasi. Mendadak lalu masuk email dari seseorang yang bernama Harley Prayudha dan mengajak aku bergabung dalam milis yang dia kelola, Praktisi Radio. Aku putuskan gabung dan mendapat nomor punggung 008 (sekarang anggotanya ada 300an).

Isinya memang orang radio yang luar biasa. Senior tempat bertanya ga pernah tuuh pelit ilmu. Selalu ada saja yang dibagi dimilis ini. Mulai dari tim kerja, materi dan koten acara hingga perangkat lunak serta keras pendukung media yang mengandalkan audio ini. Makin giat lagi aku untuk belajar.

Bukan soal umur, jabatan dan masa kerja, yang paling penting kemauan untuk terus belajar. Tak jarang kami berdebat, tapi toh tetap berasa erat. Terimakasih sahabat.

Foto ini adalah perayaan ulang tahun Forum Diskusi radio (tempat milis kami berkumpul) yang kedua. Acara ini diikuti oleh lima puluh orang dari dua puluh kota di seluruh Indonesia. Sheraton Surabaya saksinya di 5 Desember 2009. Hem... Jauh memang. Aku sudah menghabiskan dua bulan gajiku tanpa sisa. Tapi ini semua sepadan. Haram aku mengeluh.

Kebanggaanku sebagai insan radio terasa benar disini. Menemui mereka, orang-orang besar yang berada di depan dan belakang kotak siaran bernama studio. Kalau memang karirku harus berakhir di radio, aku tak sudi menyesal. Itu semua karena aku kenal mereka. Sukses terus FDRku sayang... ;)



Senin, 25 Januari 2010

i'm 27 Now......


yes... brand new day... Brand new number in my head. xixiixix. Berasa jadi fun fearless female deh. hehhe. Ga nyangka kalau banyak yang inget (thanks to facebook). Hahahhaha Bener banget jejaring ini yang bikin aku terkaget kaget sama jumlah mereka yang inget. Lumayan lah. Sempet juga geer sejenak, tapi langsung normal sekejap kok.

Ada beberapa sahabat yang memutuskan tidak sama sekali mengucapkan selamat. Well, im ok with that. Karena menurutku keberadaan mereka saja sudah cukup. Maafkan aku yang masih suka on and off dalam kebersamaan ini. Aku janji akan lakukan yang terbaik untuk kalian setiap kali kalian butuh (atau tidak butuh sekalipun).

Aku ingin memaknai baru ini dengan semangat untuk mencari harapan baru dan warna stabil dalam hidupku. Aku suka dengan warna beragam yang kumiliki sekarang. Hanya saja, aku ingin mengerucutkan impian ku sekarang. Bahwa hidup itu haruslah bermanfaat bagi orang lain. Bekerja di broadcast bukan hanya membuat aku bahagia, tapi pilihanku juga makin beragam. Belum tentu dunia audio yang aku pilih selamanya. Im just wanna enjoy the moment.

ALLAH... Terimakasih atas semuanya. Nafas yang masih KAU beri, kemampuan berkeras hati yang ada dalam diri ini serta luapan kasih sayang dari orang-orang disekelilingku.

Sabtu, 23 Januari 2010

Merasa Underdog, Malah Menang.

Bontang-Tim voli putra Sumatra Selatan (Sumsel) kalahkan DKI Jakarta. Pertandingan berlangsung di GOR Taman Lestari Bontang dengan skor 23-25, 25-19, 22-25 dan 23-25.
Pertandingan banyak di warnai dengan rally-rally panjang. Masing –masing tim banyak melakukan spike yang menukik dan menipu lawannya. Maka tak heran banyak penonton yang terkecoh.Pada saat set ketiga,Deny dari tim DKI cidera saat akan melakukan blok terhadap lawannya.
Rupanya postur pemain DKI yang tinggi tidak membuat getar tim asuhan Masroni. Dengan strategi memperkuat pertahan pemain belakang dan penyerangan yang intensif akhirnya tim yang merasa underdog inipun menang.
“Kami ini hanya ingin main baik, kan DKI banyak yang berpengalaman”Kata pelatihn tim sumsel.
Ketika diminta keterangan tim DKI justru merasa permainan Sumsel biasa saja. “ yang jelas kami akan evaluasi, miss komunikasi antar pemain perlu kami beri perhatian khusus” Ujar Victor Layang, Pelatih Tim ini.(her/btg)

Walau jauh tapi nyali tak ciut.

Bontang- Disela-sela riuhnya pengunjung yang memenuhi GOR Taman Lestari Bontang. Nampak sosok perempuan yang tengah menggendong putrinya yang masih bayi ke tribun penonton.
Tin Alfarida namanya, Ibu 3 anak ini datang ke venue Bola voli bersama keluarga besarnya. Pegawai Badan Pengawas Daerah ini bertekad datang setiap hari untuk melihat permainan yang sangat dia cintai.
“ Jauh lo mba, saya kesini aja butuh 45 menit baru sampe, caepk di jalan sih.. tapi demi voli saya dateng” kata penghuni kompleks pemerintahan daerah Bontang
Sembari mengendong talita, putri kecilnya, dia terlihat sangan antusias melihat pertandingan tim voli putra Sumatra Selatan melawan DKI Jakarta.
“Saya kok penasaran sama permainan dari DKI, Jatim, dan Jabar, kan mereka terkenal kuat” Ujarnya sembari menenangkan si kecil Talita yang gelisah karena kepanasan.
Walaupun tidak menjagokan tim manapun, perempuan yang berusia 45 tahun ini berharap agar pertandingan bias berjalan seru dan menarik nantinya (her-btg).

Aku dan radio (part 1)

Mungkin kalau ga ada Yani aku ga akan ketemu radio. Ya.. kami adalah dua sahabat yang sibuk cari kerja di 2004. Hahhaha.. Entah sudah berapa kantor yang kami masuki buat ngasihin surat lamaran kerjaan. Perjuangan ini ga sebentar lo.. Kami kerjain ini ada kali kalo 2 bulanan. Tiap ada info kerjaan lansung terjang. prinsipnya jelas. Cari kerja harus usaha sendiri dan ga akan pake koneksi. Kalo bagus juga akan diterima. Idealisme yang jarang aku temui di lingkunganku sekarang. Mereka yang lulus lebih suka jual nama keluarganya untuk diterima. Tapi sudahlah.. itu kan pilihan.

Kadang aku aja yang dipanggil interview tapi kami selalu saling kasih support lo. Ga istilahnya deh saling ngiri.  Sampe akhirnya satu hari Yani bilang, ada radio yang lagi cari penyiar. Ya aku kaget aja. Siaran radio? Seumur-umur siaran aja aku ga pernah. Tapi nge-MC sering waktu kuliah. Terus dia bilang " Udah.. yang penting kerja dulu" Itu kalimat yang sampai sekarang masih aku ingat.

Abis itu aku bilang ke Ibu, dan dia oke aja. Yang penting aku ada kegiatan. Ibu takut aku jadi stress karena kegiatanku yang kosong sama sekali. Radio NBI adalah radio pertama aku kerja. Gajinya ga masuk akal memang, Rp. 2.500/ jam. wakakakkak.. Kalo sekarnag aku cuman bisa ketawa aja dibayar segitu. Tapi.. Uang itulah bisa bikin aku seperti ini sekarang. Akhirnya aku punya kerja dan Yani belum (sampe sekarang).

radio itu hipnotis, terbukti aku berhenti melamar kerja selama disana. Idealisme ku tersalurkan. kreatifitas terasah (walau dalam keterbatasan). Disana aku ketemu rekan kerja yang menurutku menyenangkan, walau ada juga yang ga asik. Paling ga aku belajar gimana kerja bareng tim dengan irang yang beda-beda.

Hampir dua tahun aku diradio itu.  Sampai tiba juga masanya hari itu, hari yang aku lupa itu hari apa. tapi yang jelas. Seingatku, siangnya bos bikin rapat dan bilang kalo ada karyawan yang ga suka dengan bayaran dan regulasi yang ada silahkan aja keluar. Ya pastinya banyak yang kecewa. Tapi aku kan memang udah ada niatan untuk keluar. Akhirnya selang satu jam dari meetiing itu.. aku kangsung ngomong ama boss dan bilang mau keluar. Mukanya langsung kaget, karena dia yang abis nantangin karyawan untuk keluar kan? Aku juga udha kehabisan moment yang bagus. Setahuku ya cuman itu aja.. Karena aku harus break selama satu bulan dan akhirnya gabung sama radio baruku (saat itu)

Selasa, 19 Januari 2010

Pansus “century gate” adalah gambaran perilaku

Camp 2000 Pama Bontang- Rasanya hampir setiap hari aku disuguhi penatnya kerja panitia khusus Bank Century. Kemarin contohnya (18/1) Fuad Rahmany dan Mardin Nasution dikonfirmasi di ajang itu. Kelihatan sekali lelah mereka semua berkutat dengan masalah yang sama (tapi ya sudahlah, itukan kerjaan mereka).

Wajah tenang itu bertanya dengan mimik wajak yang terlihat tegar dan meminta kepastian peristiwa. Aku baru tahu, Maruar Sirait namanya. Dia adalah perwakilan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Ini dia sosok yang aku terus coba cari tahu namanya tapi selalu saja terlupa. Pertanyaan dia sistematis dan sesuai pada porsi. Yang aku suka dari dia adalah, pertanyaannya selalu bermuara solusi. Bahkan dia juga tidak malu bertanya pada kedua narasumbernya untuk memberitahu kemana dia mesti bertanya, pihak mana yang bisa dijadikan referensi untuk perkembangan kasus ini dan terakhir dia juga sempat bilang “ Apa kekurangan DPR dalam menggali kasus ini?”. Ketika pimpinan sidang meminta dia untuk berhenti dia mengatakan hal yang lebih menarik lagi. “ Tolong pimpinan, biar dijawab, bisa jadi DPR juga punya kekurangan dan kita butuh masukan untuk kasus ini”
Sudah barang tentu ini berbeda dengan rekannya yang terlihat sangat berapi-api (beberapa hari sebelumnya). Ya, sidang itu membuka mataku tentang sikap orang yang belajar berdemokrasi. Tapi apa harus melupakan nilai ketimuran? Atau memang itu tak lagi ada? Kenapa harus marah? Padahal berbicara dengan baikpun masih bisa. Apa perlu diingatkan saat Gus Dur bilang “DPR seperti anak TK”? Tapi tentu kita juga ingat, Anas Purbaningrum bilang “ Ini dinamika Pansus”. Lha apa pansus tempatnya orang teriak-teriak dan memaki?

Kembali ke jalannya sidang itu. Andi Rahmat, anggota dari Partai Kesejahteraan Sejahtera (PKS) memberikan pertanyaan yang menurutku menarik. “ Kalau kita pak sebagai bawahan tentu tahu dong body langguage bos kita, ketika kita tahu tentu kita akan mencoba mengikutinya dan paling tidak kalo bos kita sudah salah, ya kita mesti tahulah kapan mesti melengos melengos dikit”. Ini ditujukan ke Fuad Rahmany (mantan Dirjen Pajak). Jenis pertanyaan yang menurutku berputar-putar tapi menjebak.
Lalu yang ditanya menjawab “ Saya di rapat itu berlaku seperti seorang profesional, jadi yang saya katakan adalah sesuai dengan pengalaman dan kemampuan saya selama ini”

Terlihat benar mana yang tenang dan ceroboh disini. Bagaimana mungkin Andi Rahmat melakukan itu ditambah lagi dengan statement dia,” Saya ga tahu ya kalau didunia perekonomian, tapi kalau saya dipolitik sih gitu”

Apa maksudnya coba? Apa dia mau bilang kalau politik adalah sekelompok penjilat? Dengan konsep “asal bapak senang”? lalu kemana integritasnya? Bukankah ini namanya mematikan konsep profesionalisme ? Ya.. apapun namanya, ini dalah bentuk ungkapan saja (bisa jadi) atau bahkan curhat colongan (mungkin juga).

Fatwa haram dari LIRBOYO

Camp 2000 Pama Bontang- Forum Pondok Pesantren Putri Lirboyo kembali mengeluarkan fatwa haram pada 14 Januari 2010 di Kediri Jawa Timur. Seperti biasa ini ditanggapi dengan berbagai macam opini dari masyarakat. Pro dan kontra muncul sebagai bukti bahwa rakyat sudah maju. Satu hal yang menurut saya membanggakan.

Tapi sebenarnya apa isi dari fatwa itu? Ya.. ada empat konten didalamnya, diantaranya;

1. Perempuan pengojek dan penumpak ojek.
Beberapa bulan yang lalu, aku pernah lihat liputan dari salah satu televisi di Indonesia tentang perempuan yang menjadi pengojek. Bukan karena dia mau, tapi karena dia adalah korban dari lumpur "LAPINDO" Sidoarjo. Yang jadi pikiranku, kira-kira ibu itu masih ngojek juga ga ya? Terlepas dari itu haram, bukankah orang yang memungkinkan perbuatan haram terjadi juga dosa? Kembali ke polemik haram - halal soal ini aku pilih mundur. dan tidak berkomentar sama sekali.

2. Rebonding dan mengecat warna rambut bagi perempuan yang belum menikah (kalo sudah nikah baru boleh).
Huumzz.. saya kok cenderung setuju dengan ini. Rebonding itu kan mematikan sel rambut yang ada, bahasa simple saya yang ga terlalu suka ke salon maka akan bilang itu kegiatan merusak. Maaf - maaf kata ni ya.. buat yang udah pada rebonding ya terserah aja.

Bagaimana dengan mewarnai rambut? Dari jaman kapan tau juga aku ga terlalu setuju sama kegiatan yang satu ini. Oke ini mempercantik, tapi sorry to say... make up dan hair do itu diciptakan untuk menutupi kekurangan, bukan merubah. Ini namanya touch!. Does it takes a genious to realize it? You decide..Ini kan blog saya, catatan saya sendiri, sudah barang tentu ini adalah isi kepala saya.

3. Artis muslim yang berperan nonmuslim.
Nah lo... kalo yang ini aku malah bingung. Inikan namanya kerja, tuntutan profesi. Bukankah ini bentuk profesionalisme. Kenapa mesti masuk ke ranah itu? Jangan - jangan nanti akan keluar fatwa dilarang artis muslim berperan jadi pecandu narkoba. Hayo... pake madat kan juga dosa. Bukankah yang terpenting adalah kemampuan untuk menjaga iman?

4. Foto pra-wedding.
Kalau berlebihan ya jelas ga boleh. Lha wong belom apa-apa kok udah sebegitunya. Hehehhe jujur.. sering lo aku liat undangan pernikahan teman yang berlebihan dalam menunjukan "eksistensi" hubungan mereka.  Sejatinya ga boleh itu kan yang berlebihan. Selama masih aman-aman aja ya oke lah. Sekarang siapa dan apa yang menjadi tolok ukur? Pilih aman aja deh... penilaian masing-masing individu. Walau terdengar subyektif, tapi coba deh.. tanya sama hati kita yang paling dalam. Renungkan baik-baik mana kategori pantas dan tidak. Toh juga pasti kita cukup pintar untuk bisa bertahan.


Sekarang pilihannya terserah aja, kalo aku... ya ini statementku. Toh dari ilmu agam sudah jelas aku kurang, tapi ini namanya prespektif. Sisanya.. terserah saja... ;)

  

Rabu, 06 Januari 2010

Piring tempat hidup berputar

Camp 2000, Pama Bontang. 14.27 wita

Seberapa banyak diantara kita yang sering mengeluh atas kehidupan yang sudah dijalani sekarang? Jumlahnya tentu tidak sedikit bukan? Semoga dengan percikan kehidupan yang aku punya bisa jadi manfaat buat semua.

Kejadiannya belum lama, sekitar tiga hari yang lalu. Waktu itu kami (aku dan teman sekamarku) sama-sama menunggu bis untuk kembali ke mess. Seperti biasa, bis lama datang dan cukup menguras emosi.

Lalu tak lama muncul perempuan muda yang ada didepan ku. Dia memilih duduk di tempat yang sama.  Setahuku dia karyawan dari katering di campku. Obrolan santai saja yang ada di dalam pertemuan kami. Lalu tiba-tiba Sophie, teman sekamarku bertanya.
" Kalian kerja di rolling kan?" Dia mencoba membuka percakapan.
" Iya mba. Memang gitu, biasanya sih sebulan sekali." jawabnya ringan
Tak puas rasanya bertanya lalu aku menambahkan.
" Kalian kan harus melayani banyak orang, di empat lokasi yang berbeda pula (camp 2000 baru, camp 2000 lama, camp OTD dan Camp Palakan) Menurut kamu, mana sih yang paling enak?" tanyaku iseng

Kebetulan mereka bertiga dan menjawab dengan spontan. Gadis yang pertama bilang " Paling enak ya di camp 2000 baru, tempatnya enak sih"
lain lagi yang kedua berkomentar "Ya.. mending yang di camp OTD lebih santai" Lalu yang terakhir bersuara " Sama aja kali mba dimana-mana.lha wong ketemunya piring juga"

Aku cuma bisa diam dan meraba kepenatan yang dia rasakan. Bayangkan saja, kalau semua orang berpikir sama. Apa ini pertanda menjadi orang yang maju? Sementara banyak cara untuk mengembangkan diri. Lalu aku juga mulai berpikir kalau aku juga kadang sama seperti dia.

Dari sini aku kembali belajar lagi kalau ternyata bekerja bukan hanya soal materi tapi juga skill. Apa jadinya gadis tadi tanpa piring yang dia bicarakan tadinya? Seandainya dia punya keahlian yang lain, apa yang tidak mungkin buat dia? Tapi ya sudahlah. Sekarang yang paling penting adalah, apa aku akan terus diam?