Minggu, 12 Juli 2009

Berhenti atau gila kau jadi!

Ada saja hal menarik yang bisa kita renungi, kalau saja bersedia membuka hati. Harus diakui sebagai manusia yang miskin ilmu kini dan nanti, kepala ini selalu di hantui pertanyaan yang sejatinya tidak berarti.

Kenapa hidup salalu datang dengan berbagai versi?
Lalu mengapa setiap orang punya cara sendiri?
Mengapa kalut tidak sejalan dengan kabut?
Kelak akan kemana semua ini?

Pertanyaan ini membuatku bertemu dengan laki-laki pertama yang berhasil membuatku jatuh cinta hingga kini. Prof Dr Damardjati Supadjar, pria kelahiran 13 maret 1940 ini berhasil membuatku terpikat sampai detik ini.

Apa perlunya berbicara tentang dia?

Banyak esensi kehidupan yang bisa kita dapat dari dia. Mengingat dia adalah guru besar ilmu filsafat Universitas Gajah Mada sekaligus seorang budayawan.

Dalam perjumpaanku dengan dia, kesan mendalam, hangat dan bersahaja yang aku dapatkan.

Dia bertanya pada kami, “Sampai kapan kalian akan berhenti berpikir dan bertanya?”

Tercengang rasanya, dan aku menyahut “ Bukannya itu perlunya belajar pak?”

Dia hanya tersenyum dan mendatangiku.

“ Ya. Tapi semua harus ada waktunya berhenti” Jawabnya tenang.

Lalu dia mencontohkan, ANGIN.

Kenapa ada angin? Jawabnya karena udara yang bergerak
Kenapa ada udara yang bergerak? Karena ada tekanan udara
Kenapa ada tekanan udara? Karena ada perbedaaan suhu.
Lalu kenapa ada perbedaan suhu? Karena ada tinggi – rendah tempat. Maka ada perbedaan tekanan dan pada akhirnya suhu.


Kenapa ada tempat yang tinggi dan rendah? Karena umur bumi dan gravitasi.
Dan kenapa ada gravitasi? Dan kami lelah menjawab.

Senyum bijaknya membuat hati ini tentram ketika seraya dia berkata,
“ Ada banyak hal yang ingiin kita ketahui di muka bumi. Saya paham.”

Lalu dia melangkah ke tengah ruangan melengkapi wejangannya.
“ Tapi tidak seharusnya membuat kita lupa akan TUHAN “

Dan session itu berakhir.

Tidak ada komentar: