Kamis, 25 Maret 2010

Perempuan low end justru hitech

Camp 2000, Pama Bontang - Kata ini aku ucapkan waktu berseloroh dengan seorang kawan, Lovi. Seingatku waktu itu kami sedang berkelakar tentang pasangan hidup kami kelak. Menariknya dia selalu beranggapan kalau aku akan menikah dengan orang yang sukunya B**** (disamarkan ya... takut SARA ni). Sementara aku sama sekali belum punya ide untuk membalas dia.

Dia bilang, " Hahahah.. kita lihat aja siapa yang akan nikah duluan ".
Lalu aku balas " Apa perlunya? Yang penting siapa pasangannya! Weeeekkk"
Laki-laki kriwil itu membalas " Yang aku tahu kamu akan niikah dengan laki-laki B****"
Perempuan manis pemilik blog ini menjawab, " Ya jangan sampe dong, Vi.."
" Biarin," Kata cowo aneh itu. Seakan tak mau berhenti mengejek.
Tiba-tiba terbersit di kepalaku " Dari pada kamu, nanti kalo nikah aku sumpahin bakal dapet perempuan low end"
Lalu tawa pecah diantara kami.

Malam ini aku berpikir, dimana letak lucunya? Perempuan dengan jenis itu apa cacatnya ya? Apa karena masih tradisional dan terlalu sederhana? Seingatku perempuan sekarang sudah jarang yang seperti itu. Bisa bayangkan akses internet sudah menggila. Informasi nyaris tanpa batas. Terlepas dari spesies apapun, rasanya sudah tiada yang begitu.

Aku juga sampai sekarang masih belum bisa mendefinisikan " perempuan low end". Awalnya sih yang dituju adalah perempuan yang hanya tahu sumur, dapur dan kasur. Hanya saja makin kesini kok justru makin ragu ya? Apa ini adalah padanan untuk mengatakan perempuan yang terlalu sederhana dan hanya ikut kata suami tanpa berpikir panjang? Hemmm... Kalaupun harus ditelaah, maka aku akan bilang.... Aku merindu perempuan jenis ini.

Aneh? Tidak juga. Hal ini menjadi unik karena aku sudah tidak pernah bertemu perempuan jenis ini. Aku selalu menganggap kalau semua di muka bumi ini sejatinya sama, sejajar dalam pola pikir dan tindakan seharusnya semua sama-sama dihargai. Mengalah nyaris tidak pernah ada dalam kamusku. Bertemu dengan perempuan jenis ini tentu akan menarik. Dimana hidupnya hanya berputar di suami dan keluarga saja. Mengorbankan diri dan hidup yang dia miliki atas nama pengabdian. Baguskan? Luar biasa malah! Memang maish ada yang begini? PASTI ADA! Hanya saja tidak lagi dibalut oleh kebaya atau daster. Tapi sudah bergeser dengan bolero, cardigan bahkan seragam.


Jadi sebenarnya menjadi low end juga ga masalah donk. Pada akhirnya semua bahagia, dan memang harus ada yang dikorbankan. Tidak semua kepentingan bisa menang.




 

Tidak ada komentar: