Jumat, 25 Mei 2012

Minder ? Oh… Itu penghinaan !


Samarinda – Kenapa coba jadi sekejam itu judul blog kali ini? Just wait a second (or more), we’ll get to the point later on. Seorang sahabat tadi siang menangis dan merasa rendah diri karena hal yang terjadi di masa lalunya. Dia single mother dengan dua anak kembar yang masih ada di bangku sekolah dasar. Menikah dan gagal mempertahankan pernikahannya di usia yang muda, 28 tahun. Setahuku, dia dan suaminya sudah pisah ranjang lama. Mereka juga sudah memulai kehidupan yang baru, so lets say it’s the best way for both of them.

Dia tinggal bersama ayahnya yang luar biasa kuat, karena laki-laki itu membiayai cucu kembarnya dengan apa yang dia bisa. Luar biasa kekuatan cinta,  di usia senjanya dia  masih berjuang untuk keluarganya setelah belahan hatinya berpulang beberapa tahun yang lalu. Gurat lelah dan perjuangannya membuat aku erpana keika kali pertama bertemu.  Terlihat jelas dia menyimpan asa dalam setiap napas yang dia tarik dan hembuskan. Kekagumanku atas lelaki itu harus berhenti, jika tidak.. KAPAN CERITANYA?! Hehehehe

Sahabatku Nina merasa rendah diri dengan statusnya, padahal menurut aku dia muda, cantik dan punya banyak potensi. Padahal dia sekarang punya pacar yang tampan, baik hati, mapan dan lima tahun lebih muda terlebih lagi dia bahkan tidak perduli dengan status pasangannya. Di kepalanya Cuma ada CINTA! Kedua keluarga juga sudah saling mengenal dan setuju.

Bukan berarti dengan semua keindahan itu semua berjalan mulus. Bayang-bayang akan masa lalunya membuat dia berkecil hati. Status janda dan perjaka selalu jadi momok buat dia. Dia bahkan berpikir tidak akan bisa mendapatkan laki-laki yang baik padahal laki-laki itu sudah dihadapannya. Sungguh, perasaan rendah diri membelenggu dia. Sampai akhirnya dia bercerita padaku tentang kegundahannya siang tadi. Sejak hari ini, dia resmi sahabatku! Karena dia sudah bersedia membagi kisahnya padaku.

Beragam cara sudah aku lakukan untuk membangkitkan kepercayaan dirinya, gagal! Semua karena di isi kepalanya dibelenggu dengan perasaan malu, khawatir, ketakutan dan trauma dari masa lalunya. Lalu aku putuskan untuk berkata padanya, bahwa yang dia lakukan adalah penghinaan! Kaget dan marah nampak jelas di wajahnya, tapi disana juga ada penasaran.

Apa dasarku sampai berani menggunakan kata itu? Aku jelaskan pada dia, sikap dan cara dia menilai dirinya yang begitu rendah adalah bentuk penghinaan besar kepada orangtua dan orang-orang yang mencintainya! Mari berhitung, Bapaknya sudah mengeluarkan begitu banyak keringat dan airmata untuk menyokong anak dan cucunya. Pengorbanan sebesar itu seharusnya dihargai dan dibayar! Dihargai betapa besar tanggung jawab orang tua, pekerjaan dengan kontrak seumur hidup dengan segala macam konsekuensi yang muncul nanti. Dibayar, buktikan kalau usaha dan pengorbanan dia tidak sia-sia! Memang tidak bisa kontan, karena sukses adalah proses. Beri dia kebanggaan saat melihat proses itu! Aku makin menggebu menjelaskan dan yang aku lihat, mata Nani mulai berkaca-kaca dan menangis. Dia tersadarkan! Alhamdulilah

Buat anda yang membaca kisah ini mungkin ada yang beranggapan betapa sok tahu dan lancangnya saya karena sudah berani mengatakan itu semua. Saya bicara karena saya pernah mengalaminya, melihat dan merasakan hal yang sama pahitnya. Ibu saya mengasuh kami (anak-anaknya) dengan kedua tangannya! Ibu saya adalah perempuan yang ditelantarkan seorang laki-laki yang saya panggil Bapak. Tiga belas tahun Ibu saya melakukannya, dan kami anak-anaknya bangga mempunyai superwoman  seperti beliau.

Ada saatnya saya merasa down dan rendah diri sangat, ini sering sekali terjadi. Tapi setiap saya melihat ibu saya bekerja keras dan wajahnya ketika tidur, saya sadar begitu banyak pengorbanan yang dia lakukan untuk kami. Banyak hal sudah dia lalui dan terjaang dalam keseharian. Dia rela melalui itu semua dengan keyakinan, suatu hari anak-anaknya akan mengangkat derajatnya dimata orang yang sedang atau pernah merendahkannya. Padahal kalau direnungkan, Ibu adalah malaikat penyelamat kami. Bayangkan saja kalau Ibu saya memutuskan untuk menyerah! Mungkin satu persatu anaknya mati. Tapi itu tidak terjadi, Ibu saya perempuan yang pantang menyerah dan kuat!

Jadi, lain kali jika kita berpikir seakan langit akan runtuh atau bahkan muncul keinginan untuk bunuh diri… Berhentilah dan renungkan sejenak perjuangan dan pengorbanan orang tua dan keluarga juga orang yang mencintai kita. Kelak anda akan setuju pada saya, bahwa MINDER ADALAH PENGHINAAN ATAS ORANG TERCINTA. (nink)

Tidak ada komentar: