Ini berawal dari obrolan aku dengan pacarku beberapa waktu
yang lalu. Kalau ditanya tepatnya, lupa aku. Tapi belum genap seminggu kok !
Pacarku tiba-tiba dapat tawaran kerja di Toronto, Kanada. Dia langsung
mendiskusikan ini padaku, mungkin sebagian orang akan bilang… “ Belom jadi
istri kok sudah diajak berdiskusi? “.
Sebagai pembelaan diri, sebenarnya kami
ada berencana menikah akhir tahun ini (doa’in ya…). Jadi rasanya wajar kalau
dia mulai mendiskusikan hal-hal macam itu.
Mudah saja aku menjawab, “ Ok, where ever you will go, I will follow ”
Buat aku, hal baru adalah tantangan. Walau kadang, bertahan
juga bisa jadi menawan. Kepalaku langsung merewang panjang, kalau aku akan
kuliah S1 dan ambil master disana. Aku bayangkan bahwa kelak nanti, ketika aku
kembali ke Indonesia (Ya iyalah.. Masa mau disana terus) aku bisa berbagi ilmu
disini. Asik ya? Bukan itu saja aku juga berencana untuk melahirkan disana. Aku
ingin membesarkan anak ku di Kanada.
“Hon, are you there?” Suara berat penenang jiwaku memecah
anganku barusan.
“ Ya, gimana bang ? ” Aku malah balik bertanya, pertanda aku tidak mengikuti monolognya selama lima menit terakhir.
Terdengar helaan napas panjang dari ujung telpon itu. “ Iya, aku seneng kamu dukung aku. Aku sengaja ngomong gini karena ini menyangkut kita. “
“Masa depan kita dong…. “ aku mencoba menarik perhatian dia.
“Bukan! Ini masa depan aku yang kita bicarakan, dan kamu didalamnya” Katanya landai.
Sebagian perempuan bisa marah besar jika mendapati jawaban ini dari pacarnya. Tapi aku tidak! Karena aku tahu bahasa ini dia gunakan sebagai sikap seorang pemimpin. Arogan? Masa sih? Kalau dia arogan maka dia tidak akan mendiskusikan ini dengan ku. *lalu beberapa pembaca berkata “ya iyalah.. Pacarnya, pasti dibela” hahahhahaha.
Kami diam sejenak dan aku menceritakan alur lamunanku. Lalu kami membahas Kanada, negara luas dan kaya yang isinya orang ramah dan menyenangkan. Bukan berarti Indonesia ga gitu, hanya saja the great mapple leaf sedang jadi topik pembicaraan kami. Konon banyak imigran yang berhasil disana, bahkan mereka diurus benar oleh pemerintah disana. Negaranya sendiri minim konflik, tingkat kriminalitasnya katanya juga rendah. Bahkan penduduk Kanada punya harapan hidup lebih besar di banding tempat lain.
Mungkin karena tenangnya ya? Disana juga tergolong negara maju.
Bagaimana dengan Indonesia? Ya jangan disamain lah… negara
ini kan masih membangun (jiaahh bahasaku kaya politisi).
Apa mungkin ini juga yang dialami oleh mereka yang memutuskan untuk meninggalkan Indonesia dan memilih berpindah warga negara? Saya tidak hendak membela atau menghakimi mereka. Karena saya tidak tau masa depan, bisa jadi saya akan mengalaminya suatu saat nanti. Apapun itu kebanggaan menjadi anak pertiwi tetap ada di hati, ga sia-sia saya ikut peleton inti dari SMP J
“ Ya… Kita lihat aja gimana nanti. Lagian berangkatnya kan ga dalam waktu dekat “ kata pacarku.
“ He? Kok bisa? Niat ga sih? Udah di dukung kok malah
melempem! “ protesku
Sambil tertawa dia menjawab “ Sayang, ini (kerja di luar negeri) kan ada prosedurnya. Kata sponsor aku, paling lama dua tahun prosesnya. Itu juga makan waktu, jadi kita santai aja dulu ”. (nink)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar