Tapi sebenarnya apa isi dari fatwa itu? Ya.. ada empat konten didalamnya, diantaranya;
1. Perempuan pengojek dan penumpak ojek.
Beberapa bulan yang lalu, aku pernah lihat liputan dari salah satu televisi di Indonesia tentang perempuan yang menjadi pengojek. Bukan karena dia mau, tapi karena dia adalah korban dari lumpur "LAPINDO" Sidoarjo. Yang jadi pikiranku, kira-kira ibu itu masih ngojek juga ga ya? Terlepas dari itu haram, bukankah orang yang memungkinkan perbuatan haram terjadi juga dosa? Kembali ke polemik haram - halal soal ini aku pilih mundur. dan tidak berkomentar sama sekali.
2. Rebonding dan mengecat warna rambut bagi perempuan yang belum menikah (kalo sudah nikah baru boleh).
Huumzz.. saya kok cenderung setuju dengan ini. Rebonding itu kan mematikan sel rambut yang ada, bahasa simple saya yang ga terlalu suka ke salon maka akan bilang itu kegiatan merusak. Maaf - maaf kata ni ya.. buat yang udah pada rebonding ya terserah aja.
Bagaimana dengan mewarnai rambut? Dari jaman kapan tau juga aku ga terlalu setuju sama kegiatan yang satu ini. Oke ini mempercantik, tapi sorry to say... make up dan hair do itu diciptakan untuk menutupi kekurangan, bukan merubah. Ini namanya touch!. Does it takes a genious to realize it? You decide..Ini kan blog saya, catatan saya sendiri, sudah barang tentu ini adalah isi kepala saya.
3. Artis muslim yang berperan nonmuslim.
Nah lo... kalo yang ini aku malah bingung. Inikan namanya kerja, tuntutan profesi. Bukankah ini bentuk profesionalisme. Kenapa mesti masuk ke ranah itu? Jangan - jangan nanti akan keluar fatwa dilarang artis muslim berperan jadi pecandu narkoba. Hayo... pake madat kan juga dosa. Bukankah yang terpenting adalah kemampuan untuk menjaga iman?
4. Foto pra-wedding.
Kalau berlebihan ya jelas ga boleh. Lha wong belom apa-apa kok udah sebegitunya. Hehehhe jujur.. sering lo aku liat undangan pernikahan teman yang berlebihan dalam menunjukan "eksistensi" hubungan mereka. Sejatinya ga boleh itu kan yang berlebihan. Selama masih aman-aman aja ya oke lah. Sekarang siapa dan apa yang menjadi tolok ukur? Pilih aman aja deh... penilaian masing-masing individu. Walau terdengar subyektif, tapi coba deh.. tanya sama hati kita yang paling dalam. Renungkan baik-baik mana kategori pantas dan tidak. Toh juga pasti kita cukup pintar untuk bisa bertahan.
Sekarang pilihannya terserah aja, kalo aku... ya ini statementku. Toh dari ilmu agam sudah jelas aku kurang, tapi ini namanya prespektif. Sisanya.. terserah saja... ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar