Selasa, 19 Januari 2010

Pansus “century gate” adalah gambaran perilaku

Camp 2000 Pama Bontang- Rasanya hampir setiap hari aku disuguhi penatnya kerja panitia khusus Bank Century. Kemarin contohnya (18/1) Fuad Rahmany dan Mardin Nasution dikonfirmasi di ajang itu. Kelihatan sekali lelah mereka semua berkutat dengan masalah yang sama (tapi ya sudahlah, itukan kerjaan mereka).

Wajah tenang itu bertanya dengan mimik wajak yang terlihat tegar dan meminta kepastian peristiwa. Aku baru tahu, Maruar Sirait namanya. Dia adalah perwakilan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Ini dia sosok yang aku terus coba cari tahu namanya tapi selalu saja terlupa. Pertanyaan dia sistematis dan sesuai pada porsi. Yang aku suka dari dia adalah, pertanyaannya selalu bermuara solusi. Bahkan dia juga tidak malu bertanya pada kedua narasumbernya untuk memberitahu kemana dia mesti bertanya, pihak mana yang bisa dijadikan referensi untuk perkembangan kasus ini dan terakhir dia juga sempat bilang “ Apa kekurangan DPR dalam menggali kasus ini?”. Ketika pimpinan sidang meminta dia untuk berhenti dia mengatakan hal yang lebih menarik lagi. “ Tolong pimpinan, biar dijawab, bisa jadi DPR juga punya kekurangan dan kita butuh masukan untuk kasus ini”
Sudah barang tentu ini berbeda dengan rekannya yang terlihat sangat berapi-api (beberapa hari sebelumnya). Ya, sidang itu membuka mataku tentang sikap orang yang belajar berdemokrasi. Tapi apa harus melupakan nilai ketimuran? Atau memang itu tak lagi ada? Kenapa harus marah? Padahal berbicara dengan baikpun masih bisa. Apa perlu diingatkan saat Gus Dur bilang “DPR seperti anak TK”? Tapi tentu kita juga ingat, Anas Purbaningrum bilang “ Ini dinamika Pansus”. Lha apa pansus tempatnya orang teriak-teriak dan memaki?

Kembali ke jalannya sidang itu. Andi Rahmat, anggota dari Partai Kesejahteraan Sejahtera (PKS) memberikan pertanyaan yang menurutku menarik. “ Kalau kita pak sebagai bawahan tentu tahu dong body langguage bos kita, ketika kita tahu tentu kita akan mencoba mengikutinya dan paling tidak kalo bos kita sudah salah, ya kita mesti tahulah kapan mesti melengos melengos dikit”. Ini ditujukan ke Fuad Rahmany (mantan Dirjen Pajak). Jenis pertanyaan yang menurutku berputar-putar tapi menjebak.
Lalu yang ditanya menjawab “ Saya di rapat itu berlaku seperti seorang profesional, jadi yang saya katakan adalah sesuai dengan pengalaman dan kemampuan saya selama ini”

Terlihat benar mana yang tenang dan ceroboh disini. Bagaimana mungkin Andi Rahmat melakukan itu ditambah lagi dengan statement dia,” Saya ga tahu ya kalau didunia perekonomian, tapi kalau saya dipolitik sih gitu”

Apa maksudnya coba? Apa dia mau bilang kalau politik adalah sekelompok penjilat? Dengan konsep “asal bapak senang”? lalu kemana integritasnya? Bukankah ini namanya mematikan konsep profesionalisme ? Ya.. apapun namanya, ini dalah bentuk ungkapan saja (bisa jadi) atau bahkan curhat colongan (mungkin juga).

Tidak ada komentar: