Jumat, 29 Juni 2012

Lost in CV

Samarinda - Beberapa hari lalu saya menerima surat lamaran pekerjaan dari atasan saya. Seperti biasa, ini surat lamaran seorang penyiar radio. Sebagai head bagian program, saya bertugas melakukan interview pada beberapa kandidat, tidak hanya itu, saya diminta untuk menangani rekruitment hingga training sdm  ( hal ini lumayan lah mengingat saya baru tujuh tahun di radio). 


Dari begitu banyak pelamar yang pernah saya temui, tak jarang saya selalu berakhir dengan " geleng-geleng " kepala, diantaranya adalah :


1. Terlalu bertele-tele dalam membuat surat lamaran. 


Saya capek dengan surat lamaran yang melakukan begitu banyak kalimat sapaan dan juga kalimat yang berputar-putar. Belum lagi dengan surat lamaran yang menggunakan kata-kata indah seperti " saya akan tidak akan mengecewakan dan akan berterimakasih sekali. Seakan-akan yang ditawarkan indah-indahnya saja. 


Buat saya bagaimana seseorang bercerita lewat surat lamaran, bisa membantu saya untuk mengenali seseorang. Tapi ya sudahlah, strategi seseorang untuk menawarkan diri kan berbeda-beda. Mungkin saya apes karena sering menemukan yang modelnya begitu.


2. Menggunakan blangko Daftar Riwayat hidup.
Ini nih, yang bikin cekikikan. Saya tidak bermaksud menyepelekan bagi mereka yang menggunakannya. Tapi buat saya itu tidak rapi, dan lagi lembaran itu tidak bisa bercerita banyak kehidupan seseorang. 
                               Kok bisa? semua kan ada disana dan tinggal diisi? 
Gini ya, bayangkan jika anda sekolah ditempat yang berbeda-beda. Satu lembar kertas itu tidak bisa menolong. Saya adalah bukti nyata, sewaktu SMP tiap tahun saya pindah kota. Apa anda bisa bayangkan berapa banyak saya harus tulis di kertas itu?  Apa susahnya diketik yang rapi, diprint, lalau diperbanyak. Kan lebih murah, praktis dan rapi dari pada harus membeli blangko perwarna putih dengan tulisan biru itu (saking geregetannya)?


3. Tidak mencantumkan "reference"nya. 
Beberapa hari yang lalu saya pernah jadikan kekesalan soal reference ini sebagai status facebook saya. Ternyata banyak teman-teman saya yang justru tidak menyadarinya, bahkan ada yang bertanya " Emang Perlu ya? "


Memang sih, ini sama sekali bukan keharusan, tapi dengan mencantumkan nama orang yang bisa mereferensikan anda akan memudahkan hrd untuk melakukan cek silang. Akan lebih baik lagi jika dia bekas atasan anda atau senior. Saya selalu melakukan itu, mencantumkan nama bekas atasan dan senior saya dulu, tentu dengan meminta ijin mereka terlebih dahulu.


Yang unik dari beberapa tanggapan teman-teman saya adalah " karena dia belum percaya, bahwa ada org yg bisa memback up dia dg baik,, dan ia karyawan separuh nafas " Wedeewww pedes banget komennya. Ada gitu yang separuh napas?  Hayo.. Mari kita cek diri sendiri ^_^


4. Tidak menyertakan sample suara.
Saya menilai ini sebagai bentuk kesiapan. Seseorang yang melamar sebagai penyiar radio seharusnya memang menyertakan sample suaranya. Kan yang diperlukan bukan cuma surat lamaran saja, tapi juga suaranya! Sebagian orang akan bilang saya mempersulit. Masa sih?


Coba deh, justru ini akan mempermudah saya bekerja. Dari pada saya harus memanggil berkali-kali untuk proses rekruitment seleksi admin, wawancara, ambil sample suara lagi. Buang waktu! Walau sebenarnya kalau udah penyaringan, biasanya radio juga akan melakukan pengambilan sampling suara ulang. RIBET? Ga sulit kok! Saya dulu pake walkman buatan cina, kualias suara juga jelek waktu itu.  Kalo sekarang kan udah bisa pake handphone...


Beberapa hal diatas mungkin terdengar berlebihan bagi sebagian orang. Hanya saja buat saya ya ini yang saya tau. Bisa saja dikemudian hari akan bertambah lagi listnya. Ya.. paling ga ini adalah bagaimana saya sebagai bagian rekruitment sdm melihatnya. (NINK)









Tidak ada komentar: