Selasa, 03 Februari 2009

Wartawan (juga) bisa terbang

Bontang- Banyak hal yang bisa di pelajari dari pria ini. Syarief Prawoto namanya. Ketua Wasit Terbang Layang PON XVII ini selalu kelihatan energik di usianya yang sudah tidak muda lagi.

Bekas wartawan POSKOTA ini berkenalan dengan terbang layang pada tahun 1971. Dengan dalih mewujudkan cita-citanya sewaktu kecil sebagai pilot, dia meminta kakaknya,seorang instruktur penerbang untuk mengajarinya terbang menggunakan glider.

Kakek dari dua orang cucu ini “bercerai” dengan olahraga kesayangannya saat harus menunaikan tugas belajar ke Hawaii, Amerika Serikat di tahun 1972. Ibarat pepatah, jodoh tak kan lari dikejar, di negeri paman sam ini dia kembali bersentuhan dengan aktivitas yang pesawat tanpa mesin. Hal itu terjadi berkat perkenalannya dengan salah seorang intruktur dan dia bergabung di sebuah club. Apa lacur, belum sempat mendapatkan lisensi dari tempatnya berlatih, ia harus kembali ke Indonesia.

Berbekal jam terbang selama 10 jam 23 menit, pria ini makin percaya diri mengikuti pelatihan menerbang untuk wartawan sekembalinya ke tanah air. Dimana seluruh biayanya di tanggung oleh pemerintah. Agaknya Angka 1023 menjadi keramat baginya, karena ia mendapatkan sertifikasi kelulusan setelah mengarungi waktu yang sama seperti saat di Amerika.

Ketika ditanya tentang bagaimana pria berdarah Madura ini membagi waktu, dia menjawab "Wartawan itu pekerjaan, terbang itu hoby,". 20 tahun lebih ia menekuni profesinya dan akhirnya di masa pensiunnya (1992) pria yang menikahi tetangganya sendiri ini memutuskan untuk terjun secara profesional menjadi wasit terbang layang.

Jangan pernah coba untuk meragukan olahraga dirgantara kecintaannya ini.
Baginya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. " Ini adalah kendaraan paling aman di dunia" Kata alumni Universitas Brawijaya dengan bahasa inggrisnya yang fasih.(her/btg)

Tidak ada komentar: